News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Wiku: Protokol Kesehatan dan Vaksin Saling Melengkapi, Paduan Pas untuk Akhiri Covid-19

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Vaksin yang Resmi Ditetapkan Pemerintah untuk Vaksinasi Covid-19 di Indonesia

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, pentingnya masyarakat mendapatkan vaksinasi dalam masa pandemi, bertujuan agar terciptanya herd immunity atau kekebalan kelompok.

Meskipun vaksinasi memberikan kekebalan secara individu, namun terciptanya herd immunity akan melindungi masyarakat yang tidak memperoleh vaksinasi karena alasan tertentu, terlindungi dari paparan penyakit.

Hal itu disampaikan Wiku Adisasmito saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (10/12/2020).

"Oleh karena itu, untuk mencapai kekebalan kelompok atau komunitas ini, prinsip gotong royong merupakan hal yang utama.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. (Tim Komunikasi Komite Penanganan Covid dan Pemulihan Ekonomi Nasional)

Kekebalan komunitas dapat dicapai, apabila masyarakat yang sehat dan memenuhi kriteria melakukan vaksinasi.

Sehingga dengan jumlah yang memadai, maka akan tercipta herd immunity, sekaligus melindungi kelompok-kelompok yang tidak divaksinasi," kata Wiku.

Masyarakat juga perlu mengetahui beberapa kriteria ideal vaksin yang berkualitas. Diantaranya efikasi dan efektivitas.

Kedua aspek ini memiliki peran untuk mengukur manfaat vaksin dalam mengendalikan Covid-19.

Wiku menjelaskan secara rinci, aspek pertama ialah efikasi ialah besarnya kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu di kondisi ideal dan terkontrol.

"Hal ini dapat dilihat dari hasil uji klinis vaksin di laboratorium yang dilakukan kepada populasi dalam jumlah yang terbatas," ungkapya.

Perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech mengklaim kandidat vaksin covid 19 yang mereka uji 90 persen efektif bisa melawan virus corona. (DW/BioNTech)

Aspek kedua, adalah efektivitas yaitu kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu, pada lingkup masyarakat luas.

"Yaitu penilaian kemampuan vaksin melindungi masyarakat secara luas yang masyarakat tersebut adalah heterogen (beragam)," lanjut Wiku.

Dalam hal efektivitas, terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi.

Faktor pertama ialah penerima vaksin seperti usia, komorbid (penyakit penyerta), riwayat infeksi sebelumnya, serta jangka waktu sejak vaksinasi dilakukan.

Faktor kedua, adalah karakteristik dari vaksin tersebut. Seperi jenis vaksin, active atau inactivated, komposisi vaksin dan cara penyuntikannya.

Dan faktor ketiga, adalah kecocokan strain pada vaksin, dengan strain pada virus yang beredar di masyarakat.

"Untuk mengetahui aspek efektivitas vaksin, maka perlu adanya data surveilans, untuk melihat perkembangan kasus serta memantau dampaknya.

Data imunisasi untuk melihat cakupan imunisasinya, dan data klinis individu pendukung untuk melihat aspek lain yang mempengaruhi kondisi kesehatan individu," jelas Wiku.

Sedangkan terkait efisiensi vaksin, dapat dilihat dari nilai pembelanjaan vaksin.

Vaksin dapat mencegah pengeluaran biaya kesehatan yang lain untuk menangani orang yang sakit akibat penyakit tersebut.

Disamping vaksin, terdapat berbagai pertimbangan lain yang sedang dilakukan pemerintah untuk memastikan tujuan utama yaitu mengakhiri pandemi Covid-19.

Wiku menyebut ada beberapa faktor yang sama pentingnya dengan vaksin.

Kendaraan bermotor melintas di bawah baliho berisi anjuran melakukan 3M untuk mencegah Covid-19, di Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Selasa (1/12/2020). Dalam kewasadaan Covid-19, Kota Bandung kini naik status dari zona oranye ke zona merah atau risiko tinggi. Salah satu langkah yang akan dilakukan Pemkot Bandung untuk mencegah penyebaran Covid-19 adalah melakukan penutupan Jalan Dipatiukur saat malam hari dan penertiban PKL di lokasi setempat, dengan maksimal aktifitas hingga pukul 21.00 WIB. Langkah tersebut dilakukan untuk mencegah kerumunan masyarakat yang berpotensi dalam penyebaran Covid-19. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Ia mengilustrasikan menggunakan analogi Swiss Cheese Model. Yaitu seperti lapisan-lapisan keju yang berlubang, yang mana antara satu lubang dan lainnya saling menutupi lubang pada lapisan keju yang ada didepan atau dibelakangnya.

"Perlu kita ingat, bahwa satu upaya pengendalian Covid-19 saja, tidak akan efektif jika tidak disertai upaya lainnya yang menutup kekurangan masing-masing dan saling melengkapi," jelasnya.

Misalkan, penerapan protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan atau upaya 3T yaitu testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan). Jika hanya mengindahkan satu aspek saja, akan menghasilkan penanganan Covid-19 yang kurang efektif.

"Oleh karena itu perlu adanya kerjasama masyarakat untuk bersungguh-sungguh mengendalikan Covid-19.

Langkah vaksinasi tingkat nasional harus tetap diikuti kedisiplinan kita dalam menjalankan protokol kesehatan di setiap kegiatan. Ingat vaksinasi akan berjalan efektif apabila kita secara disiplin menjalankan protokol kesehatan," pesan Wiku.

Catatan Redaksi:
Bersama-kita lawan virus corona. Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin) Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini