Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari BPOM, Lucia Rizka Andalusia mengatakan emergency use authorization (EUA) atau izin darurat penggunaan vaksin covid-19 tidak dapat menggantikan izin edar vaksin.
Namun, izin itu memperbolehkan vaksin layak untuk digunakan guna menurunkan angka kejadian infeksi untuk menurunkan angka kematian akibat dari covid-19 di masyarakat.
“EUA tidak menggantikan uji edar, karena belum selesai pemantauannya, tapi sudah layak untuk digunakan guna menurunkan angka kejadian infeksi yang ujungnya menurunkan angka kematian akibat dari covid,” kata Lucia di webinar Alinea id soal kehalalan dan keamanan vaksin covid-19, Selasa (5/1/2020).
Baca juga: Data Awal Hasil Uji Klinis Vaksin Sinovac, Jubir BPOM: Tidak Ada Efek Samping Serius
Baca juga: Pertama Kalinya, Inggris Suntikkan Vaksin Covid-19 untuk Pasien Dialisis
Lucia memastikan bahwa setelah atau pasca pemberian EUA, BPOM terus akan memantau uji klinik vaksin coid-19 sampai 6 bulan hingga 1 tahun kedepan.
Namun untuk penggunaan vaksin di masyarakat juga akan dipantau oleh KIPI (kejadian ikutan Pasca imunisasi) untuk keamanan di masyarakat.
“Khusus untuk subjek uji klinik ini kita (BPOM) akan melakukan pemantauan lebih tepat lagi,” ujar Jubir Vaksinasi dari BPOM tersebut.
Ia optimis bahwa vaksinasi dapat menjadi salah satu solusi mengatasi krisis akibat pandemi.
Berkaitan dengan munculnya strain baru sars cov2, Lucia tak memungkiri bahwa perlu ada penelitian lebih lanjut.
Namun ia mengatakan pada teorinya mutasi-mutasi strain virus sars cov2 tidak mempengaruhi struktur protein yang akan menjadi target dari vaksin yang ada.
“Jadi kita harap sementara ini dan nanti kedepannya vaksin-vaksin ini bisa cocok untuk semua strain virus,” ujar Jubir BPOM soal vaksinasi tersebut.
Kendati masih menunggu hasil uji klinik di Bandung, pihaknya sudah mendapat data-data awal uji klinik vaksin Sinovac dari pemantauan selama satu bulan setelah penyuntikan.
Data awal yang sudah diterima tersebut berupa data imunogenisitas dan data keamanan. Namun pihaknya belum mendapat data efikasi.
Lucia melaporkan dari data keamanan, vaksin dikatakan cukup aman dan tidak ada efek samping yang serius yang dilaporkan berkaitan dengan penggunaan vaksin.
Sedangkan untuk imunogenisitas sudah menunjukan pembentukan antibodi yang bagus dalam tubuh, sehingga bisa menunggu pengamatan lebih jauh, yakni 3 bulan setelah penyuntikan.
“Karena kita tidak akan membiarkan kasus dan angka kematian meningkat terus dengan tajam, maka dengan 50 persen memproteksi saja sudah cukup bagus, karena bisa dianggap menurunkan angka kejadian 50 persen,” kata Lucia