TRIBUNNEWS.COM -- Kebiasaan-kebiasaan baru muncul setelah datangnya pandemi Covid-19 di seluruh dunia.
Perilaku yang menjadi wajib dilakukan selama pandemi memang sudah menjadi kebiasaan agar menjaga kesehatan dan menghindarkan Anda dari penularan Covid-19.
Kebiasaan tersebut antara lain menjaga jarak dan tidak berkerumun dengan banyak orang, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Namun, pencegahan Covid-19 tidak berhenti sampai di situ.
Ada banyak hal lain yang perlu Anda lakukan supaya tak terinfeksi Virus Corona, apalagi tengah munculnya varian baru corona yang kembali melanda dunia.
Baca juga: Anies: Jakarta Pernah Alami First Wave dan Second Wave Covid-19
Salah satunya, ya adalah mengehentikan kebiasaan-kebiasaan buruk yang memperbesar risiko transmisi virus.
Mengutip dari Best Life (bestlifeonline.com), kebiasaan berbagi makan dan memakai alat makan yang sama perlu Anda hentikan segera.
Hal tersebut dapat memperbesar kemungkinan perpindahan kuman dari satu orang ke orang lainnya.
Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Emerging Infectious Disease, memakai alat makan yang sama dengan orang lain meningkatkan risiko penularan Covid-19 sebanyak tiga kali lipat.
Baca juga: Covid-19 di DKI Jakarta Makin Mengkhawatirkan, Pemprov Kembali Perketat PSBB Mulai 11 sd 25 Januari
Selain kebiasaan tersebut, ada kebiasaan lain sebaiknya tak Anda lakukan, yaitu:
Mengupil
Mengupil adalah kebiasaan yang perlu Anda kurangi karena bisa mengantarkan Virus Corona yang menempel di jari Anda masuk ke tubuh.
Kulit hidung bagian dalam lebih lembut daripada kulit bagian luar.
Artinya, area tubuh Anda itu lebih mudah untuk terluka.
Saat terluka dan Anda memasukkan jari ke hidung, mikroskopik berbahaya bisa masuk ke aliran darah dengan mudah.
Baca juga: BREAKING NEWS: Dandim 0808/Blitar Letkol Arh Dian Musriyanto Meninggal Terpapar Covid-19
Jika Anda ingin membersihkan kotoran hidung, Anda perlu mencuci tangan dengan sabun dan air supaya kebersihannya terjaga.
Menggigit Kuku
Best Life mengatakan bahwa sebaiknya Anda tak meneruskan kebiasaan menggigit kuku, apalagi saat pandemi Virus Corona.
Mirip seperti poin sebelumnya, menggigit kuku memperbesar kemungkinan Virus Corona masuk ke tubuh melalui mulut.
Menyentuh Wajah
Selain kebiasaan-kebiasaan di atas, menyentuh wajah juga dapat meningkatkan risiko tertular Covid-19 dan hal itu masih sering dilakukan oleh banyak orang. Biasanya, kebiasaan itu terjadi karena gerak refleks.
Jadi, Anda perlu menyadarinya dan berusaha semaksimal mungkin supaya kebiasaan itu bisa berhenti dan tak terjadi lagi. Tautan artikel Kontan.co.id: Hentikan kebiasaan ini agar terhindar dari infeksi Virus Corona
***
WHO minta negara-negara bekerja ekstra untuk cegah penyebaran varian baru Covid-19
Sebelumnya, Organisasi kesehatan dunia WHO meminta seluruh negara Eropa untuk bekerja lebih keras dalam menahan laju penyebaran varian virus corona baru yang pertama kali muncul di Inggris.
Permintaan khusus ini diungkapkan langsung oleh Direktur WHO Eropa Hans Kluge, seperti dilaporkan oleh BBC (8/1/2021). Dia mengatakan 22 negara Eropa sekarang mencatat kasusu varian baru.
Kluge mengakui bahwa penyebaran varian baru virus corona saat ini sudah memasuki tahap yang mengkhawatirkan.
Kini banyak negara Eropa yang telah memberlakukan penguncian nasional penuh untuk mengatasi peningkatan infeksi yang makin parah selama musim dingin.
"Tanpa peningkatan upaya untuk memperlambat penyebarannya, akan ada peningkatan dampak pada fasilitas kesehatan yang sudah semakin tertekan," ungkap Kluge.
Munculnya varian virus corona baru di Inggris memaksa puluhan negara menutup pintu masuknya untuk Inggris pada bulan Desember lalu. Negara lain di luar Eropa, termasuk Jepang, Kanada, dan Australia, juga telah melaporkan kasus varian tersebut.
Pada hari Kamis (7/1/2021), Menteri Kesehatan Perancis Olivier Veran mengatakan 19 kasus varian Inggris telah diidentifikasi di Perancis, termasuk dua kelompok yang sangat mengkhawatirkan di wilayah Paris dan Brittany.
Varian Covid-19 baru menyerang separuh wilayah Eropa
Sejak hari Rabu (6/1/2021), hampir separuh negara Eropa telah mencatat kasus baru.
Laporan mencatat 150 dari 100.000 orang terinfeksi varian baru.
WHO mengatakan lebih dari 230 juta orang di Eropa saat ini terpaksa hidup di bawah lockdown total berskala nasional. WHO berharap akan ada lebih banyak negara yang menerapkan lockdown nasional.
Menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins, jumlah infeksi tertinggi tercatat di Rusia (3,2 juta), Inggris (2,8 juta), Prancis (2,7 juta) dan Italia (2,2 juta). Sementara jumlah kematian tertinggi dicatat oleh Inggris (78.000), Italia (77.000), Prancis (66.000) dan Rusia (59.000).
***
Varian baru virus corona yang sangat menular terdeteksi di 41 negara
Varian baru virus corona yang sangat menular, yang pertama kali terdeteksi di Inggris, kini telah menyebar ke 41 negara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan.
"Pada 5 Januari 2021, varian VOC-202012/01 yang awalnya terdeteksi di Inggris telah terdeteksi dalam sejumlah kecil kasus di 40 negara," kata WHO dalam Pembaruan Epidemiologi Mingguan Covid-19.
"Dan, varian 501Y.V2 yang awalnya terdeteksi di Afrika Selatan telah terdeteksi di enam negara," ujar badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu, seperti dikutip TASS.
Menurut WHO, epidemiologi awal, pemodelan, temuan filogenetik dan klinis menunjukkan, varian VOC 202012/01 meningkatkan penularan.
Tapi, data awal juga menunjukkan, tidak ada perubahan dalam tingkat keparahan penyakit atau infeksi ulang.
"Otoritas di kedua negara sedang melakukan penyelidikan epidemiologi dan virologi lebih lanjut untuk menilai lebih lanjut penularan, keparahan, risiko infeksi ulang, dan respons antibodi terhadap varian baru ini, serta potensi berdampak pada tindakan penanggulangan, termasuk diagnostik, terapeutik, dan vaksin," imbuh WHO.
WHO minta negara Eropa bekerja ekstra untuk cegah penyebaran varian baru Covid-19
Wujud virus corona baru
Pada 14 Desember lalu, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengungkapkan, para ilmuwan telah mengidentifikasi jenis baru virus corona yang menjadi penyebab lonjakan kasus di Tenggara Inggris.
Menurut Hancock, analisis awal menunjukkan, varian anyar virus corona tersebyr menyebar lebih cepat.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebutkan dalam konferensi pers 19 Desember, jenis baru virus corona 70% lebih menular.
Tapi, para ahli belum menemukan bukti bahwa mutasi virus itu memiliki risiko yang lebih besar.
Sedang otoritas Afrika Selatan pada 21 Desember mengatakan, penyebab gelombang kedua pandemi di Afrika Selatan adalah virus corona yang bermutasi.
Varian baru virus corona itu terdeteksi di Kota Nelson Mandela Bay, Provinsi Eastern Cape.
Ilmuwan lokal mengatakan, strain anyar tersebut kebanyakan menyerang orang muda.
***
Varian Baru Virus Corona Kembali Landa Dunia, Jepang Umumkan Keadaan Darurat, Sedangkan China Lakukan Lockdown di Kota-kota Besar
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dalam pernyataan persnya yang dikutip dari Kontan.co.id, pada Kamis (7/1/2021), pukul 18.00 waktu Jepang atau pukul 16.00 WIB, memberlakukan kembali state of emergency atau keadaan darurat di sebagian wilayah Jepang, yaitu Tokyo, Kanagawa, Saitama dan Chiba, berlaku tanggal 8 Januari hingga 7 Februari 2021 akibat muncul varian baru kasus Covid-19 yang terus meningkat.
Duta Besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi dalam video pesan singkat melalui akun media sosial KBRI Tokyo meminta agar Warga Negara Indonesia (WNI) dapat mematuhi aturan Pemerintah Jepang dalam hal protokol kesehatan maupun kebijakan terkait lainnya, seperti aturan keluar-masuk Jepang.
Penetapan keadaan darurat ini mengimbau masyarakat untuk mengurangi kegiatan luar ruangan yang tidak esensial, kecuali commuting, belanja bahan pokok dan pergi ke fasilitas kesehatan.
Restoran juga diminta untuk tutup pada pukul 20.00 waktu Jepang.
Pemerintah akan memberikan subsidi JPY.60.000 per hari bagi yang mengikuti imbauan.
Perusahaan/tempat kerja diminta menerapkan work from home/remote working hingga 70% pekerjanya.
Tidak seperti state of emergency pertama di bulan April, kali ini pemerintah tidak meminta seluruh sekolah/universitas untuk tutup.
Jepang Terapkan Lagi Keadaan Darurat: Dubes RI Imbau WNI di Jepang untuk Patuhi Aturan
Berdasarkan data KBRI Tokyo, jumlah WNI di kawasan pemberlakuan keadaan darurat sebagai berikut: Tokyo (5.450 orang); Chiba (2.697 orang); Saitama (3.433 orang); dan Kanagawa (4.044 orang), adapun total WNI di Tokyo hingga akhir 2020 sejumlah 66.084 jiwa.
Secara umum di Jepang terdapat lonjakan kasus baru yang menunjukkan terjadinya pandemi gelombang ketiga.
Pada 7 Januari 2021, Tokyo mencatat rekor 2.447 kasus baru (40,7% dari kasus nasional).
Secara nasional Jepang mencatat 7.490 kasus, pertama kalinya kasus nasional di atas angka 7.000.
Adapun angka penyebaran Covid-19 di Jepang sebagai berikut: positif (266.924); meninggal (3.859 atau 1,44% dari total kasus); sembuh (210.451 atau 78,84% dari total kasus).
Dubes Heri juga mengingatkan WNI untuk terus mengenakan masker, rajin mencuci tangan, menjaga ventilasi ruangan dan menghindari kondisi 3Cs, yaitu closed spaces, crowded places, close conversation.
“Jika teman-teman dalam kondisi darurat segera hubungi hotline darurat KBRI Tokyo,” pesan Dubes Heri Akhmadi.
Jika terpaksa melakukan kegiatan bersama di dalam ruangan atau makan di restoran agar memperhatikan ”Five Keeps” atau “Lima Jaga” yaitu:
(1) Jaga jumlah orang yang makan bersama;
(2) Jaga lamanya waktu makan agar kurang dari 1 jam;
(3) Jaga suara dan tidak berisik;
(4) Jaga pemisahan makanan dan minuman;
(5) Jaga ventilasi dan kebersihan ruangan.
Adapun kontak darurat KBRI Tokyo adalah +818035068612, +818049407419 dan kontak darurat KJRI Osaka adalah +818031131003. (*)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Varian Baru Virus Corona (Covid-19) Kembali Menyerang Dunia, Hentikan 3 Kebiasaan Buruk Ini