News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Alasan Orang Indonesia Sulit Menjaga Jarak Fisik Saat Pandemi Covid-19

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon pembeli antre membeli kopi di Toko Kopi Aroma, Jalan Banceuy, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (4/1/2021). Pemilik toko menerapkan protokol kesehatan ketat dalam aktivitas penjualannya untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19, dengan antre berjaga jarak, harus menggunakan masker, dan disiapkan tempat cuci tangan dan cairan disinfektan. Tribun Jabar/Gani Kurniawan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dari 3M protokol kesehatan yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, orang Indonesia sangat sulit dan memiliki tingkat kesadaran yang rendah dalam menjaga jarak fisik.

Sosiolog Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine mengatakan, ada banyak faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan prokes tersebut.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Pengaruhi Kesehatan Mental Secara Global

Baca juga: Jenuh Jalankan Protokol Kesehatan? Anda Sedang Alami Pandemi Fatique, Bagaimana Mengatasinya?

Satu diantaranya terkait dengan kebiasaan sehari-hari sebagai makhluk sosial adalah kegiatan berkumpul.

Hal itu disampaikan Daisy dalam Webinar bertajuk 'Refleksi Setahun Pandemi, Masyarakat Semakin Abai atau Peduli Forum Ngobras dan Frisian Flag', Senin (23/3/2021).

Kegiatan pasar mingguan di lapang Pasar Puri Cipageran Indah I, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat tetap diadakan dengan menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru, seperti mencuci tangan ditempat yang sudah disediakan, menjaga jarak dan menggunakan masker, Minggu (10/01/2021). Mulai Senin (11/01/2021) hingga 25 Januari 2021 Kota Cimahi termasuk dalam daftar kota di wilyah Bandung Raya yang akan menerapkan PSBB Proporsional untuk mencegah penularan virus covid-19 sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 01 tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. (Tribun Jabar/Zelphi) (TRIBUN JABAR/Zelphi)

"Jaga jarak fisik ini yang paling sulit dan paling rendah dari presentase kepatuhannya. Nah Indonesia itu budayanya itu memang senengnya kumpul. Kita punya filosofi kalau di Jawa punya filosofi Mangan ora makan yang penting kumpul. Kita nggak boleh kumpul, makan nggak bisa, tapi kumpul juga nggak boleh, nah itu merupakan tantangan masyarakat kita," ungkap Daisy .

Ia menyebut, sulitnya masyarakat menjaga jarak ini menjadi tantangan yang perlu diperbaiki.

Diharapkan, pihak terkait dapat membuat panduan yang jelas dan rinci terkait kebiasaan adaptasi baru ini

Misalnya, panduan menjaga jarak dalam transportasi umum maupun mengantre di supermarket.

"Antrean ini tidak ada panduan yang jelas bagaimana mengantre. Kita punya budaya misalnya masuk ke dalam MRT, ke dalam bus itu juga harus protokol kesehayan jaga jarak, tapi ternyata enggak. Takut kehilangan kesempatan ya nalurinya," jelasnya.

Daisy berharap, masyarakat dapat displin akan protokol kesehatan agar pandemi Covid-19 ini terkendali.

"Jaga jarak fisik itu sulit sekali, misalnya mengantre di kasir walaupun ada batasnya padahal sudah ada batasnya, tetap saja orang menempel ke punggung orang di depannya," kata Daisy.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini