TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Tjandra Yoga Aditama menyebut, perkembangan mutasi virus COVID-19 di India dan dunia membuat semua pihak harus waspada.
Ia menuturkan, varian dan mutasi baru merupakan salah satu dari lima analisa kemungkinan naiknya kasus di India sekarang ini.
"Untuk mutasi ini, ada dua kelompok besar di India," ujarnya dalam keterangan yang diterima, Selasa (27/4/2021).
Pertama, India memang sudah melaporkan adanya jenis “Variant of Concern” (VOC) yang sudah dikenal luas, yaitu:
1. B.1.1.7 yang pertama kali di deteksi di Inggris pada 20 September 2020 dan kini sudah ada di 130 negara di dunia termasuk Indonesia.
2. B.1.351 yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada awal Agustus 2020 dan sekarang sudah ada di lebih dari 80 negara dan dilaporkan mungkin mempengaruhi efikasi vaksin, termasuk Astra Zeneca yang digunakan di negara Indonesia.
3. P 1 atau B.1.1.28.1 yang awalnya dilaporkan di Brazil dan Jepang yang kemudian sudah menyebar ke sekitar 50 negara didunia.
"Ketiga jenis VOC ini tentu mungkin jadi salah satu penyebab kenaikan kasus di India," ungkap Mantan Direktur WHO SEARO Asia Tenggara ini
Sementara jenis mutasi ke dua, yang dilaporkan dari India, yang bahkan disebut “double mutant” B.1617 dan belakangan malah juga ada “triple mutant” yaitu B.1618.
Ia mengatakan, B.1.617 dilaporkan dari India kini sudah menyebar ke lebih dari 20 negara, termasuk ke Inggris.
Baca juga: Ini Dua Mutasi Corona yang Dominasi Penularan Covid-19 di Indonesia
Sebenarnya ada sekitar 11 perubahan, tetapi memang ada dua mutasi yang dianggap paling banyak berpengaruh pada perjalalan penyakit COVID-19, yaitu E484Q yang sedikit banyak ada kemiripan dengan mutasi E484K yang pertama kali di deteksi di Afrika Selatan dan Brazil dan sudah ada juga di Indonesia, serta mutasi L452R yang juga ditemukan di California Amerika Serikat.
Gabungan keduanya inilah yang kemudian jadi bahasan, walaupun penelitian masih terus berjalan sampai nanti ada kesimpulan yang lebih pasti.
Penelitian masih terus berjalan dan publikasi ilmiah awal sudah ada di jurnal internasional “Nature” 21 April 2021 dan juga Jurnal internasional “Cell” pada 21 April 2021.
Lalu para pakar melaporkan mutasi lebih baru lagi, B.1.618 yang disebut sebagai mutan “triple".
Awalnya, dilaporkan dari daerah Bengal Barat sehingga disebut sebagai virus korona “Bengal strain”.
Jenis ini dilaporkan juga lebih mudah menular lagi, dan juga mungkin dapat mempengaruhi efikasi vaksin, walaupun memang penelitian masih terus berjalan untuk mendapatkan informasi yang lebih pasti.