Oleh karena itu untuk mengantisipasi munculnya klaster-klaster baru pihaknya terus melakukan antisipasi.
Satu diantaranya melakukan penguatan dan penebalan PPKM Mikro dengan mengoptimalkan 5 M dan 3 T.
"Kami melakukan pola, yaitu dengan melakukan penguatan dan penebalan PPKM mikro untuk mencegah penyebaran Covid dengan optimalkan 5M, mulai dari edukasi, pembagian masker, operasi yustisi, penyemprotan disinfektan, dan meniadakan kegiatan masyarakat untuk menghindari kerumunan," kata Listyo.
Baca juga: Wakil Ketua DPR Batalkan Kunjungan ke Bandung Karena Siaga- 1 Covid-19
"Dan memaksimalkan kegiatan 3T, mulai dari sistem pendataan dan pelaporan tamu dengan one gate system, peningkatan rasio lacak kita terhadap 10 rumah dan 10 yang laksanakan kontak erat, memberikan imbauan dengan melibatkan tokoh-tokoh agama, meningkatkan kegiatan testing, dan juga termasuk mempersiapkan dan menambah tenaga kesehatan," lanjutnya.
Lebih lanjut Listyo mengatakan ada beberapa daerah di zona merah yang menjadi episentrum tentunya menjadi perhatian pihaknya.
Sebab masih banyak masyarakat orang tanpa gejala (positif Covid-19) berinteraksi dengan masyaralat yang sehat .
Sehingga tentunya ini juga mengakibatkan proses penyebran Covid-19 menjadi lebih cepet dengan ditemukannya beberapa varian baru dari India yang memiliki ciri penularannya lebih cepat.
Di daerah-daerah zona merah tersebut, Polri melakukan micro lockdown dengan melakukan lima langkah menejemen kontingensi.
“Mulai dari langkah penyekatan, kemudian penebalan kegiatan penjagaan. Kemudian kita juga melakukan manajemen tracing sehingga kemudian proses tracing yang bisa dilakukan secara tepat, karena ini adalah kunci. Krena mana kala kita bisa melakukan langkah-langkah ini dengan cepat maka laju pertumbuhan terhadap masyarakat yang sudah terdampak bisa kita lakukan langkah-langkah,” pungkasnya.