"Kami tidak punya pilihan selain meninggalkan kota," kata Fatema Begum (60), sambil menunggu feri.
"Selama lockdown, tidak ada pekerjaan. Dan jika kami tidak bekerja, bagaimana kami membayar sewa? Jadi kami mengemasi semuanya dan kembali ke desa kami,” katanya.
Mohammad Masum (30), seorang pedagang kaki lima di Dhaka, mengatakan lebih baik pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarga daripada dikurung di ibu kota.
Baca juga: Penjelasan Gubernur Anies Baswedan soal Langkanya Tabung Oksigen untuk Pasien Covid-19 di Jakarta
Editor BBC Asia Selatan Jill McGivering melaporkan bahwa pekerja berpenghasilan rendah dan pekerja harian akan menjadi salah satu yang paling terpukul oleh lockdown ketat ini.
Sebelumnya pembatasan aktivitas dan pergerakan telah diberlakukan sejak pertengahan April karena kasus dan kematian melonjak.
Penularan Covid-19 sempat menurun pada Mei tetapi mulai meningkat lagi bulan Juni ini.
Lockdown dilakukan setelah kasus Covid-19 di negara itu melonjak tajam, banyak yang terkait dengan varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di negara tetangga India.
Gelombang virus terbaru di Bangladesh dimulai sekitar enam minggu lalu. Pada 15 Mei, ada 261 kasus baru dan 22 kematian yang dilaporkan.
Namun pada Jumat (25/6), ada 5.869 kasus baru dan 108 kematian. Jumlah kematian ini adalah kematian harian tertinggi kedua di negara itu selama pandemic Covid-19.
Dan Kementerian Kesehatan Bangladesh menyebutkan, lebih dari 5.000 kasus baru dan 119 kematian pada hari Minggu kemarin.
Banyak rumah sakit kewalahan menampung dan mencoba menyelamatkan pasien, terutama rumah sakit yang berada di perbatasan dengan India.
Peningkatan kasus ini mendorong pemerintah untuk memperketat pembatasan secara bertahap mulai Senin (28/6), dengan kegiatan ekonomi - termasuk toko, pasar, transportasi dan kantor - ditutup pada Kamis (1/7).
Baca juga: Perludem Sebut Pandemi Covid-19 Tak Bisa Jadi Alasan Tambah Masa Jabatan Presiden Jadi Tiga Periode
Masyarakat diperintahkan tinggal di rumah, sementara hanya layanan darurat dan pabrik berorientasi ekspor yang terus beroperasi.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Informasi Pers Bangladesh (PID) mengatakan semua kantor, termasuk kantor pemerintah, semi-pemerintah dan swasta, juga akan ditutup.