TRIBUNNEWS.COM - Lonjakan Covid-19 di Indonesia menjadi sorotan dunia. Opis lockdown pun kembali mengemuka. Benarkah organisasi kesehatan dunia (WHO) juga menyarankan hal serupa?
Bukan hanya kasus Covid-19 yang terus melonjak tinggi, kematian anak akibat virus corona di Indonesia pun menjadi yang tertinggi di dunia.
Melihat hal tersebut, belakangan ini beredar kabar bahwa Indonesia masuk negara A1 High Risk Covid-19 (berisiko berat).
Kabarnya, kategori A1 High Risk diberikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: WHO: Varian Delta Merupakan Varian yang Sangat Menular, Apa Saja Gejalanya?
Baca juga: Lockdown di Sejumlah Negara, Warga Bangladesh Eksodus, Ratusan Mayat Muncul di India
Bahkan WHO juga meminta agar Indonesia segera melakukan lockdown demi mengurangi jumlah kasus Covid-19.
Dalam pesan berantai tertulis bahwa ada 7 poin usulan WHO yang mana pada poin kedua meminta Indonesia untuk menerapkan lockdown.
"Implementasi PHSM di seluruh negeri, bahkan saat vaksin sedang berjalan, sangat penting. PHSM bekerja bahkan dalam konteks mencegah varian of concern (VOC) seperti ditunjukkan di India dan negara-negara lain yang menghadapi lonjakan kasus," tulis laporan itu.
"Ketika ada tanda-tanda lonjakan kasus dan mengingat beberapa VOC memiliki transmisibilitas yang jauh lebih tinggi, penyesuaian PHSM yang tepat waktu sangat penting, termasuk penggunaan tindakan tegas (seperti gerakan pembatasan atau penguncian) secepat mungkin," lanjutnya.
Menanggapi hal tersebut Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi akhirnya angkat bicara.
"Kami sudah memverifikasi informasi tersebut kepada WHO dan mendapatkan keterangan bahwa WHO tidak pernah membuat klasifikasi negara dengan predikat A1 dan kode lainnya.
Situasi masing-masing negara dilaporkan dalam laporan situasional yang diterbitkan WHO setiap minggu dan dapat diakses publik," tegas Nadia, dikutip dari laman resmi Kemenkes, Sabtu (26/6/2021).
Nadia menambahkan bahwa secara umum, sejak 11 Maret 2020, kondisi pandemi diumumkan oleh WHO sebagai pernyataan bahwa seluruh dunia berkategori risiko tinggi (high risk) penyebaran Covid-19.
"Terkait aturan tentang travel band penumpang asal negara tertentu biasanya dipraktikkan Health Quarantine atau Kantor Kesehatan Pelabuhan atau pemerintah negara tujuan."
"Dan ini sudah merupakan praktik umum dalam International Health Regulations sejak 2005."
"Jadi, keputusan itu adalah hak masing-masing negara sama seperti saat ini tidak menerima WNA dari India, Pakistan, bahkan kemarin sempat juga dari Inggris," ujar dr. Nadia.
Jadi, kabar bahwa WHO meminta Indonesia lockdown karena termasuk negara A1 high risk merupakan sebuah kabar bohong atau hoax.
Benarkah Lonjakan Kasus Covid-19 karena Varian Delta? Ini Jawaban Satgas
Juru Bicara Satgas Penangan Covid-19 Wiku Adisasmito menegaskan bahwa butuh studi lanjutan untuk meneliti keterkaitan dengan melonjaknya kasus Covid-19 dengan munculnya varian Delta Covid-19.
Hal itu disampaikan Wiku merespon pernyataan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto, yang menyebut melonjaknya kasus Covid-19 bukan karena mudik tapi adanya varian delta Covid-19.
"Hal ini saya sudah pernah menjelaskan dalam konferensi pers saya ya, butuh studi lanjutan dan butuh waktu untuk menyimpulkan," kata Wiku kepada Tribunnews.com, Minggu, (27/6/2021).
Dalam konferensi pers sebelumnya Wiku menegaskan, bahwa benar ditemukan varian baru di berbagai tempat di Indonesia dan saat ini terjadi kenaikan kasus.
Namun bukan berarti ada hubungan langsung antara keduanya.
Satgas kata Wiku, juga menunggu jika ada penelitian mendalam yang menyatakan adanya hubungan kedua hal ini.
"Tentunya kami akan menyampaikan informasi lebih lanjut, apabila ada hasil penelitian yang lebih dalam oleh perguruan tinggi atau Kementerian Kesehatan yang bisa membuktikan adanya potensi hubungan ditemukan varian baru dan jumlah kasus di Indonesia. Tentunya akan kami sampaikan kepada publik," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Waketum IDI menilai kenaikan kasus Covid-19 sekarang ini disebabkan varian delta atau B1617. 2 asal India, bukan karena efek mudik libur Idul Fitri 2021.
Varian Delta masuk ke Indonesia karena kurangnya pengawasan di pintu masuk kedatangan.
(Grid Health/Tribunnews Taufik Ismail)