Namun ia mencatat bahwa suntikan booster tidak diperlukan untuk saat ini, meskipun dunia tengah dilanda varian baru yang diklaim lebih mudah dan cepat menular.
"Harus berdasarkan ilmu dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan bahwa vaksin mereka sekarang harus diberikan sebagai dosis booster," pungkas Dr. Swaminathan.
Pernyataannya itu kemungkinan merujuk pada pernyataan raksasa farmasi Amerika Serikat (AS) Pfizer, yang mengumumkan pada pekan lalu bahwa dosis ketiga vaksinnya mungkin akan diperlukan untuk mempertahankan kekebalan tubuh.
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS, membalas pengumuman Pfizer dengan pernyataan bersama yang menegaskan kembali bahwa penggunaan 'dua dosis efektif untuk saat ini'.