TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lonjakan kasus harian Covid-19 sebulan belakangan ini membuat pengujian dan pelacakan atau yang lebih dikenal dengan testing dan tracing menjadi unsur penting dalam upaya pengendalian pandemi.
Namun sayangnya testing Covid-19 di Indonesia dinilai masih terhambat oleh harga yang terlalu mahal.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP KNPI) Haris Pertama
mengungkapkan, tes dengan polyemerase chain reaction (PCR) dengan harga sekitar Rp 600 ribu hingga Rp1 juta masih sangat mahal.
Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), menurut Haris, harga tersebut tergolong tinggi.
"Ini menyiksa rakyat, dimana saat rakyat mau sehat dan rajin cek kesehatan tapi disisi lain mahalnya PCR bisa membuat masyarakat menjerit," ujar Haris, Senin (19/7/2021).
Baca juga: Penumpang Pesawat Diduga Palsukan PCR, Pakai Cadar Istri, Identitas Dibongkar Pramugari
Menurut Haris, pemerintah harusnya berperan di sini.
Bahkan kalau bisa PCR digratiskan. Pemerintah negara lain telah melakukan berbagai upaya untuk menekan harga tes sehingga bisa terjangkau.
"Negara lain kan begitu (memberi subsidi). Malaysia, Singapura, Vietnam dan India. Karena ini pandemi, jadi tanggung jawab negara. KNPI memohon kepada pak Jokowi untuk turunkan harga PCR dan kalau perlu menggratiskan," pinta Haris.
"Bayangkan masyarakat saat dia harus cek kesehatan melalui PCR karena menginginkan dirinya sehat harus bayar sebesar itu, lalu kalau ternyata dia positif maka bisa 2-3 kali cek PCR sampai dia benar-benar sehat. Untuk PCR saja masyarakat akan mengeluarkan kocek jutaan rupiah. Bagaimana ini," sindir Haris.