News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Tiga Obat Terapi Covid-19 Masuk Indonesia Agustus

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi remdesivir yang digunakan sebagai obat Covid-19

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan tiga obat terapi Covid-19 yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri, seperti Remdesivir, Gammaraas, dan Actemra, akan tiba di Indonesia Agustus mendatang.

Budi mengakui bahwa tiga jenis obat itu sangat tergantung pada impor.

"Ini adalah obat-obatan yang di seluruh dunia juga sedang short supply karena semua orang membutuhkan obat-obat ini,"  ujar Menkes Budi, dalam keterangan pers virtual, Senin (26/7).

Ia mengatakan, Remdesivir menurut rencana akan tiba Juli sebanyak 150 ribu dan Agustus sebanyak 1,2 juta.

Baca juga: Soal Relasi Moeldoko dan Produsen Obat Terapi Covid-19, Indeks 98: ICW Cuma Cocokologi

"Sekarang kita sudah dalam proses untuk bisa membuat Remdesivir di dalam negeri," ujar Budi.

Untuk Actemra, kata Budi, akan datang sebanyak 1.000 vial pada Juli  dan 138 ribu per Agustus.

Baca juga: Sejak Juni Kebutuhan Obat Terapi Covid-19 Melonjak 12 Kali Lipat

"Untuk Actemra, obat-obatan yang sangat terkenal karena harganya jadi 50 juta, ratusan juta padahal harga sebenarnya di bawah 10 juta ini,  Juli ini kita akan kedatangan 1.000 vial, tapi Agustus kita akan mengimpor 138 ribu dari negara-negara yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya," ujarnya.

Sementara untuk Gammaraas pihaknya mencari ke seluruh pelosok dunia. Rencananya Juli ini akan datang 26 ribu dan berlanjut pada Agutus, datang lagi sebanyak 27 ribu.

Datang Bertahap

Pada bagian lain, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa  persoalan vaksin Covid-19 bukanlah karena langka atau pengirimannya dari negara produsen terputus.

Baca juga: Mengenal Favipiravir, Ini Mekanisme Kerja Obat Favipiravir sebagai Terapi Covid-19

"Tapi memang kita tahu pengiriman vaksin dari luar negeri itu bertahap. Juli ada 25 juta dosis. Agustus 30-40 juta dosis. September 40-50 juta dosis. Oktober kita cukup punya banyak sekitar 75-80 juta dosis. Jadi memang kita dalam melakukan vaksinasi itu harus bertahap, sesuai ketersediaan," kata Siti Nadia dalam pernyataannya, Senin(26/7).

Siti Nadia mengatakan bahwa saat ini program vaksinasi Covid-19 sudah menyasar semua umur, termasuk usia 12 tahun ke atas.

Dikatakannya, animo masyarakat untuk mengikuti vaksinasi semakin tinggi, karena meningkatnya laju kasus positif Covid-19. Selain itu, sertifikat vaksin Covid-19 jadi syarat wajib perjalanan jarak jauh.

"Permasalahan sebenarnya adalah karena memang vaksinnya belum datang semua. Kita butuh vaksin 426 juta dosis. Yang kita terima sampai saat ini 130 juta dosis," kata Siti Nadia.

Dari 130 juta dosis, 68 juta dosis sudah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia.

"61 juta sudah tervaksinasi. Dari 68 juta yang terdistribusi itu pasti ada sisa, mungkin sekitar 5 persen. Jadi, sudah 65 juta yang terpakai. Yang masih di gudang-gudang farmasi kurang lebih 5 juta. Sisanya ada 65 juta saat ini di gudang Biofarma," tutur Siti Nadia.

Dia melanjutkan, dari 65 juta dosis di gudang Biofarma, 30 juta di antaranya masih dalam bentuk setengah jadi, yang perlu diproduksi selama 3-4 pekan ke depan. Sebanyak 30 juta dosis dalam proses pengujian mutu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Sehingga, dia menilai Biofarma perlu mempercepat produksi, BPOM harus mempercepat pengujian mutu. "Di sisi lain memang jumlah vaksin yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan kita, karena vaksin datangnya bertahap," ujar Siti Nadia.

Siti Nadia mengatakan, 50 persen dosis vaksin Covid-19 didistribusikan ke tujuh provinsi di Pulau Jawa dan Bali. Sebab, kasus Covid-19 di Jawa dan Bali cukup tinggi. Sisanya disebar ke 27 provinsi di luar Jawa dan Bali.

"Otomatis pembagiannya akan berbeda-beda," katanya.

Di samping itu, jumlah vaksin yang didistribusikan tidak secara sekaligus dan sesuai perhitungan yang telah ditentukan. "Yang menjadi catatan kita adalah vaksin tergantung laporan stok dan kecepatan penyuntikan. Makin cepat penyuntikan, dia akan dapat tambahan," ujar Siti Nadia.

Kondisi tersebut yang membuat beberapa daerah menilai distribusi vaksin Covid-19 tidak merata.

Dia menjelaskan bahwa Indonesia setiap bulan menerima vaksin dari Sinovac dan  AstraZeneca. Bulan Agustus, kemungkinan Indonesia menerima 15 juta dosis vaksin Covid-19 Sinovac.

"Kita berharap nanti dari Covac Facility dapat 7 jutaan. Kemudian yang kita beli sendiri dari Astrazeneca ada juga. Itu perkiraannya sekitar 3 juta," ujarnya.

Siti Nadia memperkirakan Indonesia akan kedatangan 35 juta sampai 40 juta dosis vaksin pada Agustus. "Itu termasuk rencananya vaksinasi Pfizer dan mungkin Novavax. Pfizer akan datang akhir Agustus sekitar 2 juta atau 3 juta," jelasnya. (Tribun Network/Rina Ayu/Willy Widianto/sam)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini