TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Anak yang digagas Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menjangkau anak yatim piatu, termasuk anak yang kehilangan orangtua akibat Covid-19 mendapat apresiasi.
Program ATENSI Anak meliputi layanan pemenuhan hak hidup layak, perawatan sosial dan atau pengasuhan anak, dukungan bagi keluarga, terapi sosial psikologis, pelatihan vokasional dan kewirausahaan, bantuan sosial atau asistensi sosial, dan dukungan aksesibilitas.
Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra mendukung program ATENSI Anak.
"Jika program ini tepat sasaran, maka banyak dampak jangka pendek dan panjang bagi tumbuh dan kembang anak," kata Jasra Putra kepada wartawan, Kamis (26/8/2021).
Apalagi, kata Jasra, program itu dilakukan dalam waktu jangka panjang, sehingga anak dan keluarga bisa menjalankan kehidupan sosialnya dengan baik.
Menurut Jasra, ATENSI salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam memastikan keberfungsian sosial anak dan keluarga.
Baca juga: Lewat Sentra Kreasi Atensi, Kemensos Berdayakan Puluhan Penerima Manfaat Berwirausaha
"Dalam situasi anak yatim, piatu dan yatim piatu karena orang tua meninggal akibat Covid-19, maka dibutuhkan percepatan program agar bisa dilakukan respons pertama dan utama bagi anak," ujarnya.
Dia menilai dukungan sekecil apapun tentu sangat bermakna bagi anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus.
"Asesmen menjadi penting dalam mendapatkan informasi atas kebutuhan anak dalam jangka pendek dan panjang, termasuk soal pengasuhan anak dipastikan berbasis keluarga," kata Jasra.
Psikolog Anak-Remaja Feka Angge Pramita menyebut program ATENSI sangat bagus.
"Menurut saya, program ini ada karena semakin banyak korban-korban Covid-19 yang meninggal dan meninggalkan anak-anak," ujar Feka.
Menurut Feka, program ATENSI perlu kuat dalam pendampingan terhadap anak dan orang yang diberikan kepercayaan untuk mendampingi anak.
Karena, menurut dia, orang yang diberikan kepercayaan untuk mendampingi anak itu harus punya pemahaman bagaimana mengasuh anak yang mengalami trauma.
"Dan bagaimana negara nantinya bisa memang benar-benar menjamin bahwa dukungan psikososial dan pengasuhan anak ini memang bisa terimplementasi dengan baik bagi si anak, bisa dilakukan dengan baik bagi para walinya nanti," tuturnya.
Jadi, kata dia, tidak hanya fokus pada apa yang terlihat seperti pendidikan, pekerjaan, keahlian, kewirausahaan, maupun vokasi.
"Tapi bagaimana kita bisa membantu anak-anak ini menjadi manusia. Enggak cuma menyiapkan apa yang terlihat, tapi bagaimana yang tidak terlihat. Yang enggak terlihat itu sangat membutuhkan program yang menyeluruh, apalagi ini menyangkut trauma anak-anak," jelasnya.
Psikolog Klinis Anak dan Remaja Gisella Tani Pratiwi menilai program ATENSI Anak perlu terus didukung. Apalagi, jumlah anak yang menjadi yatim atau yatim piatu karena orang tuanya meninggal akibat Covid-19 begitu banyak.
"Harapan saya program ini bisa dijalankan dengan konsisten, tepat sasaran, dan menjangkau banyak anak yang membutuhkan," kata Gisella.(Willy Widianto)