Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Perusahaan dan Juru Bicara PT Bio Farma Bambang Heriyanto menyatakan, saat ini Indonesia telah memiliki ketersediaan vaksin sekitar 175 juta dosis vaksin jadi, atau hampir setengah dari kebutuhan yang ada.
Melalui kerja sama serta komitmen dengan berbagai pihak, pemerintah memastikan ketercukupan stok vaksin berikutnya.
Baca juga: Panglima TNI Apresiasi Antusiasme Santri Pesantren Tebuireng yang Jalani Vaksinasi
Selain bertugas dalam hal penyediaan, Bio Farma juga menjalankan distribusi vaksin Covid-19.
Bio Farma telah menyalurkan lebih dari 114 juta dosis vaksin ke 34 provinsi di Indonesia.
“Awalnya hanya sampai tingkat provinsi, namun ditingkatkan ke level lebih dalam yaitu kabupaten/kota,” ungkap Bambang dalam Dialog Media Center KPCPEN, Selasa (24/8/2021)
Bambang menjelaskan, kini pada kemasan vaksin Covid-19 terdapat alat untuk membantu penelusuran, sehingga bisa diketahui sampai di mana dan berapa banyak vaksin disalurkan.
Baca juga: Bio Farma Telah Salurkan Lebih dari 114 juta Dosis Vaksin ke 34 Provinsi di Indonesia
Fitur tersebut juga mencegah pemalsuan vaksin, karena semua telah terdata dengan baik.
“Kami menggunakan ‘manajemen rantai dingin’ selama seluruh proses untuk memelihara batas temperatur, agar kualitas vaksin tetap terjaga,” ujar Bambang.
Untuk vaksin Sinovac yang membutuhkan suhu penyimpanan 2-8 derajat Celcius, Indonesia telah memiliki rantai distribusi vaksin yang baik hingga pelosok.
Baca juga: Datang lagi 5 Juta Dosis, Bio Farma: Total Stok Vaksin Sinovac 16,8 Juta
Selain itu, juga terdapat merek vaksin COVID-19 yang mengharuskan perlakuan khusus untuk menjaga kualitas, seperti Pfizer yang memerlukan suhu penyimpanan -70 derajat Celcius.
Kapasitas menjadi tantangan di lapangan, karena jalur distribusi vaksin yang ada harus mengakomodir kebutuhan vaksin rutin sekaligus vaksin Covid-19 yang berjumlah besar.
“Karena itu, kami berkolaborasi dengan banyak pihak termasuk pemerintah daerah, terkait fasilitas penyimpanan dan penyaluran vaksin ini. Harapannya, setiap penjuru Indonesia segera tercukupi kebutuhan vaksinnya,” ujar Bambang.
Bambang menyatakan, juga dibutuhkan waktu untuk menyiapkan vaksin hingga siap digunakan.
Dari bentuk bulk (bahan baku) menjadi bentuk jadi, perlu waktu sekitar 1 bulan, meliputi masa karantina, pengolahan, uji mutu, dan sebagainya.
Vaksin bentuk jadi pun, harus melalui pengawasan mutu dan menunggu terbitnya lot release dari BPOM.
Untuk meningkatkan ketersediaan vaksin di tanah air, Bio Farma bersama institusi dalam negeri juga tengah melakukan riset pengembangan vaksin produksi anak negeri, yang diharapkan dapat diluncurkan pada tahun depan.