TRIBUNNEWS.COM - Vaksinasi terus digenjot untuk mewujudkan tercapainya herd immunity sekaligus menanggulangi pandemi covid-19.
Data per tanggal 12 Oktober 2021 dari Kemenkes RI menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang mendapat vaksin dosis pertama baru mencapai 48,6 persen dan 28,04 persen untuk vaksin dosis 2.
Karena itu berbagai upaya terus dilakukan untuk mengoptimalkan cakupan vaksinasi agar semua masyarakat terlindungi dari COVID-19.
Dalam acara #GoodTalkSeries IG Live kolaborasi Good Doctor dengan Sentra Vaksinasi Serviam, Kamis 14 Oktober 2021, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini SpA(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, menyebutkan saat ini cakupan imunisasi, terutama di Jakarta sudah di atas 80 persen.
Pada kelompok dewasa bahkan sudah di atas 100 persen, dengan rincian vaksin pertama di atas 90 persen, dan vaksin kedua sudah di atas 80 persen.
Sementara itu vaksinasi anak di negara lain sudah sejak usia 3 tahun, menggunakan vaksin Sinovac. Di Indonesia belum dibolehkan untuk anak di bawah 12 tahun.
Baca juga: 50% Target Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Sudah Disuntik Vaksin Dosis Pertama
Baca juga: Capaian Vaksinasi Covid-19 Masih Rendah Disorot Kemenkes, Begini Tanggapan Pemprov Sumatera Barat
Namun, saat ini tengah dilakukan penelitan vaksin buatan Biofarma di mana anak-anak dilibatkan.
Namun, penelitian dilakukan bertahap mulai dari dewasa, lansia, dan baru anak-anak. Diharapkan tahun depan sudah ada hasilnya.
Acara yang dipandu oleh Tantri Moerdopo, dari Sentra Vaksinasi Serviam ini mengupas tuntas vaksinasi untuk penyintas COVID-19.
Menurut dr. Jeffri Aloys Gunawan, Sp.PD, dari Good Doctor, bagi penyintas, ada perubahan regulasi, dulu 3 bulan setelah kena COVID-19 baru bisa divaksin, tapi sekarang 1 bulan sudah bisa.
Memang perubahan seputar COVID-19 sangat dinamis. Segala informasi tentang COVID-19 terus diperbarui sesuai kajian ilmiah terbaru.
“Syaratnya, penyintas dengan gejala ringan-sedang, bisa divaksin 1 bulan setelah dinyatakan sembuh. Bagi yang mengalami gejala berat, harus menunggu 3 bulan dengan catatan harus bebas dari long COVID dan kondisi sudah stabil tanpa gejala sisa. Konsultasikan dulu dengan dokter sebelum vaksinasi. Untuk pilihan vaksinnya, bisa apa saja yang tersedia,” ujar dr. Jeff.
Jika pasca vaksin pertama, terkena covid, setelah sembuh, langsung lanjutkan dosis kedua. Tidak perlu diulang.
Baca juga: Kemendikbudristek Dukung Vaksinasi Masyarakat Adat Baduy
“Jangan menganggap tidak perlu dosis kedua karena sudah dapat ‘vaksin dosis kedua’ saat terkena COVID-19. Ada studi yang menunjukkan bahwa kekebalan yang muncul dari infeksi alami, tidak sama dengan yang muncul dari vaksinasi. Studi itu menyebutkan, kekebalan yang terbentuk lebih bagus dari vaksin, karena di dalam vaksin ada ajuvan (zat tambahan) khusus, yang membuat efek kekebalannya jauh lebih bagus daripada infeksi alami. Meski sudah kena varian Delta, tetap saja harus vaksinasi. Apalagi kalau yang baru dapat 1 dosis,” tegas dr. Jeff.
Menurutnya, vaksin Corona baru, Zifivax merupakan vaksin ke-10 yang mendapatkan izin edar dari BPOM.
Sudah ada uji klinis fase 3, dengan efikasi 81,7%. KIPI relatif ringan, tidak ada yang berat atau serius.
“Penggunaannya masih diperuntukkan 18 tahun ke atas, sesuai kriteria uji klinis. Vaksin ini cukup ampuh melindungi dari varian Delta, tapi belum bisa didapatkan di pasaran, karena perlu waktu untuk distribusinya. Kabar baiknya, vaksin ini nanti akan diproduksi sendiri oleh Indonesia. Diharapkan awal November nanti sudah tersedia,” ujar dr. Jeff.
Sementara itu, vaksinasi untuk ibu hamil di Indonesia baru ada 3 jenis vaksin yang disetujui yaitu Pfizer, Moderna, dan Sinovac.
Diharapkan akan lebih banyak lagi vaksin yang disetujui untuk ibu hamil, agar lebih banyak pilihannya.
“Menurut studi, ibu hamil yang kena COVID-19, risiko kematian meningkat sampai 70%. Jadi segeralah divaksin. Syaratnya, minimal 13 minggu kehamilan. Vaksinasi COVID-19 tidak boleh dilakukan di trimester 1 kehamilan,” tambah dr. Jeff.
Untuk ibu menyusui, lebih leluasa. Bisa memakai vaksin yang ada di Indonesia.
Namun, masih banyak yang takut, karena menilai ada komponen vaksin yang masuk ke ASI lalu ditelan oleh bayi. Ditegaskan hal ini tidak benar. Dari penelitian, tidak terbukti terjadinya hal tersebut.
Yang masuk ke bayi melalui ASI hanyalah antibodi yang terbentuk dari hasil vaksin pada ibu. Jadi ibu tidak perlu takut, bisa menyusui seperti biasa. Jauh lebih baik divaksin daripada tidak divaksin.
Agar anak terlindungi meski belum divaksinasi
Seiring menurunnya kasus COVID-19 di Indonesia, ruang perawatan kasus anak juga sangat jauh menurun.
Ada beberapa anak dengan komplikasi yang dirawat karena Covid di RSCM, misalnya anak dengan gangguan ginjal, pengidap leukemia.
Menurut Prof. Rini, gejala pada anak memang jarang yang menjadi berat, sebagian besar tidak bergejala. Yang dirawat pasti memiliki penyakit penyerta.
Anak-anak juga dapat mengalami long Covid, meskipun jarang. Misalnya masih lemah dan mudah lelah.
“Beberapa penelitian memang menemukan kasus long covid namun tidak seberat orang dewasa. Misalnya tidak ada kasus hilang penciuman dalam waktu lama pada anak, hanya capek dan kadang-kadang batuk dan gatal-gatal terutama anak yang memiliki alergi. Kemungkinan karena daya tahannya belum pulih seperti biasanya,” papar Prof. Rini.
Terkait anak sudah mulai masuk sekolah, Prof Rini, meyakinkan bahwa protokol sekolah tatap muka sudah sangat ketat.
Anak-anak hanya sekitar 2 jam di kelas dan wajib menggunakan masker bahkan ada yang double masker dan menambahkan face shiled.
Selain itu, pembelajaran tatap muka pun hanya dua minggu sekali dan anak tidak membawa bekal sehingga tidak membuka masker selama di sekolah.
“Sampai saat ini di DKI Jakarta yang sudah memberlakukan sekolah tatap muka, belum ada klaster sekolah. Ada kasus namun ternyata anak tertular dari klaster di rumah,” kata Prof. Rini.
Karena anak-anak belum bisa divaksin, menurut Prof. Rini, salah satu upaya melindungi dari infeksi COVID-19 dengan memberikan nutrisi yang sehat.
Selain itu, karena anak-anak lebih banyak berkegiatan di rumah, berikan vitamin secukupnya saja jangan berlebihan, cukup vitamin D dan Vitamin C.
Atau cukup multivitamin dan Vitamin D. Anak-anak tidak membutuhkan vitamin E secara khusus. Jangan berlebihan karena akan dibuang kelebihannya melalui urine.
Vitamin D penting karena banyak anak kekurangan vitamin D terlebih setelah pandemi jarang aktivitas fisik di bawah sinar matahari.
Dr. Adhiatma Gunawan, Head of Medical Good Doctor mengatakan, “Good Doctor selalu berkomitmen untuk mendukung Pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19 melalui berbagai inovasi dan program kami."
Para pasien Long COVID-19 bisa berkonsultasi seputar kesehatan fisik dan mental dengan mitra dokter dan psikolog Good Doctor melalui Klinik Lawan Covid-19.
Dapatkan juga informasi lengkap seputar COVID-19 mulai dari artikel Kesehatan terkini, vaksinasi COVID-19, tes COVID-19, vitamin dan obat, serta konsultasi dengan dokter di COVID-19 Care Center, melalui Aplikasi Good Doctor.
Untuk mereka yang belum melakukan vaksinasi juga dapat mendaftarkan diri melalui aplikasi Good Doctor,” jelasnya.
Good Doctor menyediakan layanan khusus Klinik Lawan COVID. Tersedia juga klinik dokter umum dan dokter spesialis, yang siap membantu melayani konsultasi kesehatan.
Untuk kebutuhan membeli obat dan produk kesehatan pun bisa melalui aplikasi GoodDoctor. Termasuk membaca konten kesehatan yang terpercaya, karena sudah dikurasi oleh tim dokter.