Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Golden standart deteksi SARS-COV2 adalah pemeriksaan melalui Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
RT-PCR terbilang mahal, karena sejumlah komponennya harus didatangkan dari luar negeri.
Metode Pooling Specimen atau penggabungan spesimen dapat menjadi salah satu solusi untuk menekan mahalnya biaya tes RT-PCR.
Staf Ahli Menteri Kesehatan RI Bidang Penanggulangan Covid-19, Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc menyampaikan, secara umum pooling specimens dilakukan dengan menggabungkan sejumlah sampel dari beberapa pasien untuk dilakukan satu kali pemeriksaan dengan satu reagen atau cairan untuk tes covid-19.
Adapun sampel harus berasal satu komunitas atau populasi, misalnya satu kelas atau satu kantor.
"Jika ternyata dalam penggabungan sampel yang dites kemudian ternyata positif, maka akan diperiksa lagi satu per satu, dan layaknya dalam pooling test ini paling banyak 5 sampel yang digabungkan. Sehingga lebih murah apalagi jika dalam jumlah yang masif," ungkap Andani saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Jumat (5/11/2021).
Baca juga: Mengenal PT GSI, Perusahaan Milik Luhut Binsar Pandjaitan yang Disebut Ikut Berbisnis PCR
Ia yang juga merupakan Kepala Laboratorium Diagnostik Universitas Andalas mengungkapkan, swab antigen pada orang tanpa gejala memiliki sentifitas 40 persen berdasarkan laporan Centers for Disease Control (CDC).
Sementara itu, penggunaan swab antigen di Indonesia sangat banyak, terlebih kini sering digunakan untuk memenuhi aturan skrining perjalanan maupun kegiatan lainnya.
Hal inilah yang mendasari penggunaan pengabungan spesimen dapat menghemat pembiayaan.
Adapun beberapa daerah Indonesia telah menerapkan pooling ini, seperti Sumatera Barat, Riau, NTT, dan untuk Jawa Tengah digunakan untuk kluster lansia.
"Pooling specimen ini bisa diterapkan untuk keperluan mobilisasi sosial seperti, perjalanan dengan penggunaan pesawat terbang, dengan syarat waktu penyelesaian 24 jam, tentunya ini bisa dilakukan," tambah Andani.
Andani menekankan, metode ini tidak mengurangi kualitas deteksi Covid-19, karena dapat mendiagnosis seseorang layaknya menjalani tes RT-PCR.
"Saat sering digunakan untuk keperluan skrining di kantor, sekolahan, dan lain-lain maka tidak lama lagi kita akan menuju fase endemi. System ini bisa digunakan untuk kepentingan yang lain secara masif di Indonesia," harap Andani.