Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WARSAWA - Para ilmuwan saat ini mengawasi sub-varian virus corona (Covid-19) Omicron BA.1 dan BA.2 di tengah lonjakan kasus infeksi semacam itu di seluruh dunia.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (15/2/2022), Wakil Menteri Kesehatan Polandia Waldemar Kraska telah mengumumkan bahwa saat ini ada 'dua sub-varian baru' dari varian Omicron yang ditemukan di Polandia.
Namun masih belum jelas bagaimana perkembangannya dalam waktu dekat ini.
Ia juga berpendapat bahwa Covid-19 akan tetap bersama manusia dalam waktu yang lama dan tidak akan meninggalkan kehidupan sehari-hari masyarakat secara begitu mudah.
"Sulit untuk menilai apa yang akan terjadi pada musim gugur dan apakah mutasi baru Covid-19 akan muncul pada saat itu," kata Kraska.
Baca juga: Kriteria Pasien Omicron Sembuh dan Selesai Isoman Menurut Kementerian Kesehatan
Menurutnya, Omicron saat ini merupakan varian yang mendominasi kasus Covid-19 di Polandia, dengan menyumbang 96 persen dari kasus yang dikonfirmasi.
Pernyataan itu muncul setelah seorang Ahli Epidemiologi Penyakit Menular dan Pimpinan Teknis Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Maria Van Kerkhove mengatakan pada pekan lalu bahwa apa yang disebut sub-varian BA.2 dari Omicron 'lebih menular dibandingkan BA.1'.
Itulah sebabnya WHO 'memprediksi penularan BA.2 akan meningkat di seluruh dunia'.
Strain BA.2 telah terdeteksi pada setidaknya 47 negara, dengan peningkatan kasus terjadi di negara-negara seperti India, Inggris, Prancis, Denmark dan Swedia.
Di Inggris, BA.2 telah digambarkan sebagai 'varian yang sedang diselidiki' oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA).
Sementara di Denmark, Kementerian Kesehatan negara itu telah melaporkan lebih dari 50.000 kasus serupa selama beberapa minggu terakhir.
Lalu Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran, pada gilirannya menegaskan bahwa strain BA.2 tidak terlihat seperti 'game changer'.
BA.2 kali pertama diidentifikasi di Filipina pada pertengahan Desember 2021.
Sama seperti BA.1, BA.2 diperkirakan memiliki lebih dari 32 mutasi, dengan sekitar setengahnya menjadi bagian dari protein lonjakan yang berinteraksi dengan sel manusia dan merupakan kunci proses virus corona masuk ke dalam tubuh.