Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Transisi Pandemi menuju endemi akan melihat situasi dan trend kasus Covid-19 di tanah air. Saat ini pemerintah Indonesia masih melakukan strategi rem dan gas.
Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi.
Meski menerapkan strategi rem dan gas, kebijakan kali ini memiliki perbedaan dari sebelumnya.
Baca juga: Pemerintah Sebut Indonesia Baru Berada Dalam Proses Transisi, Belum Periode Endemi
Baca juga: Malaysia, Vietman, dan Thailand akan Memasuki Fase Endemi Covid-19, Bagaimana Indonesia?
"Tapi sekarang mungkin rem dan gas bukan betulan. Rem nya sudah sangat bisa longgarkan, bisa kita prediksi sejauh mana akan mengurangi mobilitas," ungkapnya pada acara Power Breakfast di Radio Elshinta, Senin (14/3/2022).
Hal ini dikarenakan adanya trend penurunan kasus dan melihat bahwa proteksi pada individu dan masyarakat sudah sangat baik.
Orang yang dinyatakan positif, cenderung tidak bergejala atau gejala ringan.
Ada orang yang dinyatakan positif dalam 5-8 hari kemudian telah kembali pulih.
Tentunya setelah melakukan pemeriksaan ulang PCR. Bahkan sudah tidak ada gejala lagi.
"Tingkat kecepatan kesembuhan lebih cepat, dan orang sembuh jauh lebih banyak. Dengan kondisi tersebut memungkinkan untuk melakukan yang disebut awal sebagai pelonggaran aktivitas," papar Nadia lagi.
Sehingga masyarakat yang sudah melakukan vaksin Covid-19 dua kali tidak perlu pemeriksaan PCR saat melakukan perjalanan. Sedangkan untuk karantina yang sudah diterapkan satu hari saja.
Kemungkinan juga tidak diperlukan karantina untuk pelaku perjalanan luar negeri jika sudah divaksin dua kali. Nadia menyebutkan langkah-langkah ini adalah awal untuk pelonggaran aktivitas.
"Karena tadi situasi vaksinasi cukup, proteksi yang terbentuk individu dan masyarakat sudah terlihat dari vaksin tadi. Kemudian kasus untuk risiko kematian dan berat sangat rendah," pungkasnya.