Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Potensi peningkatan kasus pasca mudik tentu tetap ada. Hal ini disampaikan oleh Ahli Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.
"Karena bagaimanapun pun kita masih memiliki populasi yang rawan dan belum memiliki imunitas. Dan jumlah nya itu kurang lebih 20 persen," papar Dicky pada Tribunnews, Senin (18/4/2022).
Populasi yang rawan baik pada mereka belum bisa divaksin, dan tidak ingin divaksin. Termasuk juga pada kelompok yang mengalami penurunan efektifitas dari imunitas.
Baik setelah terinfeksi dan divaksinasi Covid-19. Dengan jumlah proporsi 20 persen ini kata Dicky tentu bukan jumlah yang kecil.
Apa lagi jika merujuk pada jumlah populasi Indonesia yang mendekati hingga 300 juta. Jumlah 20 persen ini mungkin sudah melebihi populasi Singapura, Kamboja, atau beberapa negara kecil di ASEAN.
"Ini tentu juga membawa kerawanan sendiri," kata Dicky menambahkan.
Khususnya yang bukan daerah aglomerasi ada potensi, sehingga harus memiliki mitigasi. Tidak hanya mitigasi saat mendekati mudik atau arus balik saja.
Sebelum dicapai 90 persen penduduk terproteksi minimal dua dosis minimal dan 50 persen untuk dosis ketiga, maka upaya mitigasi menjadi penting.
Baca juga: Mudik Gratis dari PBNU dan Bank Mandiri, Ini Syarat dan Cara Daftarnya
"Karena menginjak tahun ketiga, kelompok rawan 20 persen mengerucut ke kelompok yang benar-benar rawan. Mereka bisa saja orang lanjut usia, komorbid, termasuk anak-anak bawah lima tahun," tegas Dicky.
Kelompok ini, ketika masyarakat umum abai dan terpapar, mereka bisa berkontribusi pada beban di fasilitas kesehatan maupun dalam bentuk fatalitas. Ini yang terjadi dalam level global.