Kemudian, warga yang sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster sebanyak 51.180.596 orang.
Epidemiologi Memprediksi Puncak Kasus Covid-19 Perlu Penguatan Testing dan Tracing
Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan soal prediksi puncak kasus Covid-19.
Ia menyebut, prediksi puncak kasus Covid-19 ini bersifat dinamis, terutama di tengah keterbatasan testing.
"Karena yang dimaksud pemerintah puncak itu ketika jumlah kasus paling banyak kan. Kemudian, dianggap menurun. Tapi, kalau bicara ketepatannya, kita harus ingat berdasar seberapa kuat strategi testing dan tracing," ucapnya kepada Tribunnews.com, Selasa (5/7/2022).
Dicky menambahkan, jika testingnya tidak memadai dan akurat, maka ketepatan masa puncak kasus infeksi itu juga menjadi tidak akurat.
Selain itu, Dicky menyebut, masa puncak Covid-19 ada tiga.
Di antaranya, masa puncak kasus infeksi, masa puncak kasus kesakitan yang artinya dirawat di rumah sakit, dan masa puncak di kematian.
Tiga masa puncak ini akan mempunyai interval pada waktu yang bisa berbeda.
Misalnya kasus infeksi memuncak, dua minggu kemudian atau sampai 1 bulan kasus kematian akan mengalami peningkatan.
Selanjutnya, kasus kesakitan terjadi setelah dua minggu puncak kasus infeksi karena orang terinfeksi, belum tentu bergejala dan belum tampak sakit.
Kemudian, belum tentu menyebabkan kematian.
"Itu yang harus dipahami. Nah dalam konteks Indonesia dalam beberapa gelombang seringkali masa puncaknya berdekatan," kata Dicky lagi.
Baca juga: Cakupan Booster Covid-19 Masih Rendah, Menkes Sebut Bukan Hanya Masalah Indonesia Saja
Hal ini dikarenakan yang dilakukan Indonesia strategis testingnya itu pasif.