News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Sebaran 6.276 Kasus Covid-19 Indonesia, 9 Agustus 2022: Jakarta Tertinggi, Disusul Jabar dan Banten

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Update Covid-19 Indonesia: Sebaran 6.276 Kasus Covid-19 Indonesia, 9 Agustus 2022

Epidemiolog Prediksi Masa Rawan Covid-19 Berakhir Oktober 2022

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Varian baru Covid-19 terus bermunculan, saat ini varian yang sedang menular di publik adalah BA.4, BA.5 dan BA.275.

Kalau terus bermutasi, lantas kapan Covid-19 berakhir?

Epidemiolog dan peneliti dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan Indonesia masih berada di gelombang empat Covid-19 yang puncaknya mungkin akhir Agustus atau September 2022 mendatang.

Menurut Dicky, pergerakan menuju puncak Covid-19 varian BA.5 lebih lamban karena virus melalui orang yang sudah memiliki imunitas.

"Masa rawan kita, saya prediksi sampai Oktober. Bukan berarti banyak kematian. Tapi kalau kita lemah testing, tracing, dan treatment (3 T), mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5 M), serta vaksinasi, pada gilirannya akan memakan jiwa kelompok paling rawan."

Baca juga: Vaksinasi Booster Covid-19 untuk Remaja Sebaiknya Diutamakan Kelompok Rawan

"Seperti lansia, tenaga kesehatan, komorbid, ibu hamil dan anak. Di Indonesia kelompok rawan banyak, karena jumlah penduduk kita besar. Ini harus disadari semua pihak," kata Dicky dalam pernyataannya, Senin (8/8/2022).

Dicky mengatakan dengan adanya varian BA.275, kita harus mewaspadai dan mengamati dampak yang hadir di tengah gelombang empat.

Menurut dia, BA.275 belum menggeser dominasi BA.5. Setidaknya 2 persen dari yang dites Covid-91 harus menjadi genome sequencing.

Melihat virus yang terus bermutasi, Dicky mengakui sulit mengatakan kapan Covid-19 akan jadi penyakit biasa.

Baca juga: Pemerintah Ingatkan Masyarakat Waspada Terhadap Kemunculan Varian Baru Covid-19 

Menurut dia, ada banyak yang mempengaruhi peralihan Covid-19 jadi penyakit biasa, antara lain stigma, obat, karakter dan sifat virus. Dahulu, demam typoid amat ditakuti, namun stigma itu kemudian berubah.

Kehadiran obat juga mempengaruhi perubahan Covid-19 jadi penyakit biasa. "Tidak ada kematian, karena obatnya ada. Sekarang obat selain mahal, masih terbatas dan belum memadai," ujar Dicky.

Masalahnya, kata Dicky, kalau Covid-19 terus bermutasi melahirkan varian baru dan mengurangi efikasi vaksin.

Dicky menegaskan, kondisi ini tidak bisa diatasi hanya dengan vaksinasi dan obat. Pendekatannya harus dengan meningkatkan 3T dan 5M.

"Perilaku hidup bersih dan sehat harus jadi budaya baru. Itu yang mengurangi potensi virus bermutasi," kata Dicky.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Willy Widianto)

Baca berita lainnya terkait Virus Corona.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini