TRIBUNNEWS.COM - Simak data kasus positif Covid-19 yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia pada hari ini Selasa (9/8/2022).
Menurut Data Satgas Covid-19, hari ini terdapat penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 6.276 kasus.
Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan kasus pada Senin (8/8/2022) kemarin yang sebanyak 4.425 kasus.
Dengan adanya penambahan kasus positif sebanyak 6.276 kasus hari ini, maka total kasus positif Covid-19 menjadi 6.255.679 kasus.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah kasus positif Covid-19 tertinggi, yakni 2.298 kasus.
Di posisi kedua ada Jawa Barat dengan kasus positif sebanyak 1.566 kasus, kemudian disusul Banten dengan 790 kasus.
Jawa Timur menempati posisi keempat dengan 565 kasus dan di posisi kelima ada Bali dengan 197 kasus.
Baca juga: BREAKING NEWS Covid-19 di Indonesia 9 Agustus 2022, Tambah 6.276, Total 6.255.679 Kasus
Berikut data sebaran kasus positif Covid-19 di 34 Provinsi Indonesia pada Selasa(9/8/2022), yang dirangkum Tribunnews dari data Satgas Covid-19:
- DKI JAKARTA 2.298
- JAWA BARAT 1.566
- BANTEN 790
- JAWA TIMUR 565
- BALI 197
- JAWA TENGAH 143
- SUMATERA UTARA 108
- KALIMANTAN TIMUR 83
- KALIMANTAN SELATAN 82
- KALIMANTAN TENGAH 69
- DI YOGYAKARTA 68
- SUMATERA SELATAN 57
- RIAU 48 1
- PAPUA 47
- KALIMANTAN BARAT 26
- KEPULAUAN RIAU 21
- LAMPUNG 20
- SUMATERA BARAT 19
- PAPUA BARAT 14
- BANGKA BELITUNG 13
- SULAWESI UTARA 11
- JAMBI 9
- SULAWESI SELATAN 8
- NUSA TENGGARA BARAT 4
- SULAWESI TENGAH 3
- NUSA TENGGARA TIMUR 2
- KALIMANTAN UTARA 2
- MALUKU 2
- BENGKULU 1
- ACEH 0
- SULAWESI TENGGARA 0
- GORONTALO 0
- SULAWESI BARAT 0
- MALUKU UTARA 0
Baca juga: Segerakan Vaksin Booster Terhadap Anak untuk Antisipasi Peningkatan Jumlah Kasus Covid-19
Epidemiolog Prediksi Masa Rawan Covid-19 Berakhir Oktober 2022
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Varian baru Covid-19 terus bermunculan, saat ini varian yang sedang menular di publik adalah BA.4, BA.5 dan BA.275.
Kalau terus bermutasi, lantas kapan Covid-19 berakhir?
Epidemiolog dan peneliti dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan Indonesia masih berada di gelombang empat Covid-19 yang puncaknya mungkin akhir Agustus atau September 2022 mendatang.
Menurut Dicky, pergerakan menuju puncak Covid-19 varian BA.5 lebih lamban karena virus melalui orang yang sudah memiliki imunitas.
"Masa rawan kita, saya prediksi sampai Oktober. Bukan berarti banyak kematian. Tapi kalau kita lemah testing, tracing, dan treatment (3 T), mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5 M), serta vaksinasi, pada gilirannya akan memakan jiwa kelompok paling rawan."
Baca juga: Vaksinasi Booster Covid-19 untuk Remaja Sebaiknya Diutamakan Kelompok Rawan
"Seperti lansia, tenaga kesehatan, komorbid, ibu hamil dan anak. Di Indonesia kelompok rawan banyak, karena jumlah penduduk kita besar. Ini harus disadari semua pihak," kata Dicky dalam pernyataannya, Senin (8/8/2022).
Dicky mengatakan dengan adanya varian BA.275, kita harus mewaspadai dan mengamati dampak yang hadir di tengah gelombang empat.
Menurut dia, BA.275 belum menggeser dominasi BA.5. Setidaknya 2 persen dari yang dites Covid-91 harus menjadi genome sequencing.
Melihat virus yang terus bermutasi, Dicky mengakui sulit mengatakan kapan Covid-19 akan jadi penyakit biasa.
Baca juga: Pemerintah Ingatkan Masyarakat Waspada Terhadap Kemunculan Varian Baru Covid-19
Menurut dia, ada banyak yang mempengaruhi peralihan Covid-19 jadi penyakit biasa, antara lain stigma, obat, karakter dan sifat virus. Dahulu, demam typoid amat ditakuti, namun stigma itu kemudian berubah.
Kehadiran obat juga mempengaruhi perubahan Covid-19 jadi penyakit biasa. "Tidak ada kematian, karena obatnya ada. Sekarang obat selain mahal, masih terbatas dan belum memadai," ujar Dicky.
Masalahnya, kata Dicky, kalau Covid-19 terus bermutasi melahirkan varian baru dan mengurangi efikasi vaksin.
Dicky menegaskan, kondisi ini tidak bisa diatasi hanya dengan vaksinasi dan obat. Pendekatannya harus dengan meningkatkan 3T dan 5M.
"Perilaku hidup bersih dan sehat harus jadi budaya baru. Itu yang mengurangi potensi virus bermutasi," kata Dicky.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Willy Widianto)