TRIBUNNEWS.COM – Kecantikan Danau Sentani di Papua merupakan anugerah yang patut disyukuri. Terletak di empat wilayah seperti Distrik Sentani, Ebungfau, Waibu dan Sentani Timur, Danau Sentani dikelilingi perkampungan yang sebagian besar penduduknya nelayan dan petani.
Memiliki luas sekitar 9.630 hektar dan kedalaman 70 meter di atas permukaan laut, lokasi Danau Sentani menyatu dengan Cagar Alam Pegunungan Cycloops yang memiliki luas 245 ribu hektar.
Tentunya semua itu menambah pesona keindahan alam Indonesia yang telah terkenal sejak dulu kala.
Namun, kecantikan danau tersebut pelan-pelan terancam hilang di masa depan. Baru-baru ini masyarakat sekitar mengeluhkan pencemaran yang terjadi di danau tersebut.
Salah satunya Adriana, seorang ibu yang lahir dan besar di Papua. Ia mengatakan danau indah itu kini mulai tercemar berbagai limbah rumah tangga, seperti plastik, air bekas cuci pakaian dan sebagainya.
Akibatnya kini pendapatan nelayan mulai berkurang. Ikan-ikan yang biasanya mereka dapatkan kini mati akibat airnya telah tercemar.
Tak hanya itu, masyarakat sekitar juga mulai banyak yang mengeluh kulitnya gatal-gatal setelah mandi di danau. Bahkan, ketika air danau meluap, semua sampah plastik memenuhi tepian sampai pantai.
Atas dasar itu DPD RI segera bergerak meninjau daerah tersebut akhir Juni 2015 lalu. Dipimpin Ketua Komite II DPD RI Parlindungan Purba, para senator memeriksa danau yang terletak di daerah timur Indonesia tersebut.
Parlindungan sendiri menerima kabar kondisi Danau Sentani dari Ketua Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) Gede Pasek Suardika saat acara Uji Sahih UU Wawasan Nusantara di Hotel Swissbell, Jayapura, pada Selasa (30/6/2015).
“Saya meninjau langsung danau ini. Ternyata benar (air danau tercemar). Masalah ini akan kita tindaklanjuti,” ujar Parlindungan ketika sampai di lokasi, Selasa (306/2015) lalu.
Sebagai langkah lebih lanjut, Parlindungan meminta gubernur Papua mengkoordinir kelestarian Danau Sentani yang terletak di beberapa kabupaten dan kota di Papua itu.
Bahkan, Pesta Danau Sentani yang baru saja selesai beberapa pekan lalu, menurut Parlindungan Purba, dapat menjadi momen penting pelestarian danau indah tersebut.
Jika dilihat secara nasional, Parlindungan mengatakan kondisi Danau Sentani masih lebih baik dari Danau Toba di Sumatera Utara. Menurutnya, danau tersebut sudah sangat tercemar dengan aneka bahan kimia.
Salah satu contoh adalah ketika ia mendapati banyaknya keramba ikan milik perusahaan asing dan masyarakat di sekitar Danau Toba. Keramba ikan tersebut terlihat tidak terkontrol bahan pakan ikannya.
Oleh karena itu, Parlindungan yang juga Ketua Panitia Pesta Danau Toba tahun 2010 meminta Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH) membuat program kerja untuk mencegah pencemaran berbagai danau di Indonesia.
Selain Danau Sentani di Jayapura dan Danau Toba di Sumatera Utara, terdapat danau-danau lain yang juga memiliki potensi untuk dikembangkan. Misalnya Danau Singkarak di Sumatera Barat, Danau Tondano di Sulawesi Utara, Danau Poso di Sulawesi Tengah.
Berbagai danau di Indonesia tersebut sebagian besar dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat, di samping menjadi lokasi wisata dan sumber bagi energi terbarukan.
DPD RI pun mendorong Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup beserta pihak-pihak terkait lain untuk senantiasa meningkatkan pencegahan pencemaran danau-danau di Indonesia, sehingga kekayaan alam bumi Nusantara dapat selalu terjaga baik dan lestari.
Ikuti terus perkembangan terbaru dari Dewan Perwakilan Daerah (DPD) hanya di Kabar DPD RI.