Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Akhmad Muqowam mengapresiasi kehadiran Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta. Hal itu diungkapkannya usai mencoba naik MRT untuk pertama kalinya dengan rute Bundaran HI-Lebak Bulus pada hari Selasa (25/6).
Muqowam mengatakan MRT merupakan salah satu solusi untuk mengurai kemacetan Jakarta yang selama dua dasawarsa ini selalu menjadi problematika ibukota.
"Pembangunan MRT salah satu bagian dari transportasi yang aman dan massal, sehingga diharapkan bisa mengurangi kemacetan dan membantu pergerakan masyarakat menjadi lebih cepat," ujarnya saat berkunjung ke Gedung Administrasi Depo di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Di Depo Lebak Bulus, Akhmad Muqowam disambut oleh Muhammad Effendi (Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta) dan Kamaluddin (Kepala Divisi Corporate Secretary PT MRT Jakarta).
Akmad Muqowam menjelaskan sebagai Wakil Ketua DPD RI yang membawahi Komite II, salah tugasnya adalah pengawasan terkait transportasi, menilai bahwa sistem dan fasilitas yang tersedia sudah memadai. Namun, satu masalah yang menjadi tantangan yaitu mengedukasi masyarakat cara menggunakan MRT yang baik dan benar.
“Sekarang baru pada tataran awal sehingga masih perlu sosialisasi, edukasi dan menjadi salah satu pintu masuk modernisasi MRT. Saya kira sebagai sebuah tahap awal, sarana dan prasarana sudah memadai,” ujar Akhmad Muqowam.
Muqowam menambahkan jika MRT di Indonesia dibandingkan dengan Negara lain memang masih jauh, namun jika tolok ukurnya untuk Indonesia maka yang ada sekarang sudah maksimal. Yang perlu diperhatikan, tambah Muqowam, adalah penyesuaian dengan budaya masyarakat Indonesia.
“Tadinya yang mau dipakai model Jepang, tapi karena ada budaya masyarakat dan kebiasaan yang ditemukan di Jakarta, maka harus disesuaikan, kalau copy paste dengan yang di luar negeri dalam beberapa tahap nanti baru bisa sama,” katanya.
Muhammad Effendi menjelaskan di tahun 2030, PT MRT Jakarta akan menyelesaikan jalur MRT sepanjang 230 km. Dari sisi operator juga akan menjadi world class operator. Salah satu caranya adalah dengan melakukan benchmark ke berbagai negara seperti Bangkok, Hongkong dan Singapura.
"Jadi tidak hanya satu negara, dengan bekal itu kita bisa ambil yang cocok dengan negara kita. Tahun 2023 kita bisa sebanding dengan Singapura", jelasnya.
Effendi menambahkan yang menjadi tantangan terbesar saat ini adalah mengedukasi masyarakat cara men-tap kartu di passenger gate. Bagi penumpang yang belum terbiasa, bisa menyebabkan passenger gate error, sehingga antrian jadi panjang.
"Kita harus menambah karyawan di setiap passenger gate, mudah-mudahan 2-3 bulan nanti akan lancar. Tapi kita senang, tugas kita bukan hanya menyediakan transportasi tapi mengedukasi masyarakat," ujar Effendi.
Di kesempatan tersebut, Kamaluddin menambahkan informasi bahwa hingga saat ini MRT mampu mengurangi kemacetan hingga 8 persen. "Targetnya bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen. Kita akan tingkatkan dengan integrasi antar moda dan gedung-gedung," pungkasnya.(*)