TRIBUNNEWS.COM - Anggota DPD RI asal Provinsi Jawa Timur Evi Zainal Abidin mengatakan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan harga yang sangat tajam. Tetapi harga Pertalite tidak mengalami perubahan harga.
Evi menjelaskan pada 22 April 2019 dimana harga minyak mentah dunia berada diposisi USD 63,30/barel. Sedangkan pada 13 April 2020 dimana harga minyak mentah dunia berada diposisi USD 19,87/barel.
“Dalam kurun waktu 12 bulan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan harga yang sangat tajam yaitu anjlok sampai dengan 70 persen. Tentu hal ini berpengaruh pada harga jual BBM di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia,” ucapnya.
Berikut dirinya membandingkan harga BBM di Indonesia pada kisaran bulan yang sama yaitu April 2019 berdasarkan pantauan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina 31.127.02 di kawasan Kapten Tendean, Jakarta, 2 April 2019, adalah sebagai berikut:
- PertamaxTurbo Rp 11.200/liter
- Pertamax Rp 9.850/liter
- PertaminaDex Rp 11.700/liter
- Dexlite Rp 10.200/liter
- Pertalite Rp 7.650/liter
- Premium Rp 6.550/liter (Sumber: liputan6)
Sedangkan harga BBM Pertamina di Jabotabek pada bulan 13 April 2020 adalah :
- Pertamax Turbo Rp 9.850/liter
- Pertamax Rp 9.000/liter
- PertaminaDex Rp 10.200/liter
- Dexlite Rp 9.500/liter
- Pertalite Rp 7.650/liter
- Premium Rp 6.450/liter (Sumber: Otosia)
“Seperti yang kita ketahui dari data diatas bahwa ada penurunan harga di semua jenis BBM Pertamina kecuali Pertalite,” kata Evi.
Meski harga premium mengalami penurunan Rp100/liter namun semua tahu bahwa keberadaannya sangat sulit ditemui tersedia di SPBU Pertamina. “Seolah premium ini adalah BBM hantu, ada nama namun tanpa wujud, hanya sesekali saja nampak dan itu pun sangat singkat (cepat habis stok),” lontar Evi.
Sedang jenis BBM yang sebagian besar masyarakat Indonesia bergantung kepadanya adalah Pertalite. Namun mengapa di saat harga minyak mentah dunia anjlok sampai dengan 70 persen, tapi harga Pertalite tidak mengalami perubahan harga jika dibandingkan dengan situasi 12 bulan lalu dimana harga minyak mentah dunia masih bertengger diposisi USD 63,30/barel.
Penjelasannya sebagai berikut; disaat harga minyak mentah dunia diposisi USD 63,30 harga Pertalite Rp7.650/liter dan disaat harga minyak mentah dunia anjlok ke USD 19,87/barel harga Pertalite terkoreksi ke Rp7.650/liter (harga sebelumnya Rp7.800/liter).
Berdasarkan analisa harga, Evi menggunakan historis data harga minyak mentah dunia dan harga BBM Pertamina. “Saya meminta pemerintah menjelaskan kepada masyarakat mengapa pada posisi minyak dunia di USD 63,30/barel dan di USD 19,87/barel, Pertalite sebagai BBM utama masyarakat dijual pada harga yang sama yaitu Rp7.650/liter?”.
Selanjutnya, guna meringankan beban ekonomi masyarakat disaat kondisi serba sulit seperti yang kita alami bersama saat ini. maka Evi juga meminta pemerintah untuk melakukan penyesuaian harga Pertalite yang mencerminkan koreksi signifikan sebagai dampak anjloknya harga minyak dunia yang menyentuh dibawah USD 20/barel.
Dengan demikian masyarakat Indonesia juga dapat merasakan dampak penurunan harga minyak mentah dunia. Evi berharap turunnya harga Pertalite akan memperbaiki daya beli masyarakat yang sedang berada dititik rendah sebagai dampak PHK disana-sini.
Jangan sampai analisa di atas adalah salah satu indikasi bahwa upaya revitalisasi yang dilakukan ditubuh Pertamina belum berdampak nyata pada perbaikan perekonomian Indonesia yaitu menekan “cost of production” BBM produksi Pertamina,” kata Evi.
“Semoga analisa sederhana ini dapat membuka pola berpikir kritis kita dan saling berkontribusi dalam mengawal bersama pembangunan ekonomi Indonesia,” papar Evi. (*)