TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana dinaikkannya harga rokok di Indonesia mendapat respon positif oleh Anggota Komisi IX DPR Okky Asokawati.
Okky menyetujui adanya wacana tersebut karena dinilai dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di era globalisasi kualitas SDM yang menjadi pertaruhan dalam persaingan dengan negara-negara lain.
“Selama ini hasil survey oleh Riskesdas maupun Susenas memperlihatkan bahwa banyak keluarga miskin yang anggaran keluarganya lebih banyak untuk membeli rokok bagi bapaknya daripada gizi untuk anaknya,”ujarnya melalui siaran pers yang diterima Parlemantaria.
Lebih lanjut, Politisi PPP ini mengatakan, keuntungan dinaikkannya harga rokok, maka cukai rokok atau disebut Sin Tax bisa menambah anggaran untuk kesejahteraan rakyat. Antara lain melalui diperbanyaknya peserta BPJS kesehatan tipe PBI, dengan memasukkan buruh dan petani tembakau.
“Intinya adalah kembali untuk kesejahteraan rakyat,” ungkap Okky.
Keuntungan lainnya yaitu para perokok pemula yang usianya masih belasan dan belum bekerja bisa ditekan.
Hal ini juga mendidik para keluarga miskin agar dalam penganggaran belanja keluarga gizi bagi anak diprioritaskan.
“Penelitian yang dilakukan oleh Prof Hasbullah Tabrani mengatakan manakala harga rokok dinaikkan maka 72 % perokok setuju dan pajak kembali kepada masyarakat,”katanya.
Dari aspek ekonomi , sambung dia, dengan perokok yang semakin banyak maka beban BPJS Kesehatan semakin besar, orang menjadi tidak produktif karena penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh ribuan zat berbahaya pada rokok.
Pembangunan Republik ini tidak bisa hanya untuk jangka pendek. Pembangunan fondasi harus dibentuk dengan visi ke depan, karena kekayaan suatu negara berada pada SDM yang berkualiatas.
Ia menambahkan, tembakau sendiri dikaitkan dengan produksi rokok di Indonesia sebagian besar impor.
Oleh karenanya produksi tembakau di tanah air dari sisi harga harus turut dinaikkan nilai ekonominya.
Petani tembakau juga harus menikmati kenaikan harga rokok ini. (Pemberitaan DPR RI)