News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penangkapan Terduga Teroris

Dikira Warga Evakuasi Pasien Covid Ternyata Penggerebekan Terduga Teroris

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah warga Kompleks Islamic Village, Kelurahan Kelapa Dua, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang tidak mengetahui adanya penangkapan terduga teroris di lingkungannya. 

Hal itu diungkapkan Yuli, bukan nama sebenarnya, warga Islamic Village yang rumahnya hanya berbeda blok dari lokasi penangkapan.

Yuli mengaku melihat ada keramaian aparat kepolisian di taman kompleksnya. Namun ia mengira sedang ada evakuasi pasien Covid-19.

"Covid-19 kiranya," kata Yuli singkat, Rabu (24/3/2021).

Baca juga: Polisi Disebut Sudah Menangkap Terduga Teroris MY, Warga Mengaku Sempat Melihatnya Diantar Istri

Saat itu, sekira pukul 09.00 WIB. Yuli melihat keramaian aparat kepolisian saat hendak bersepeda. "Saya cuma lihat ada polisi di taman, ya sudah saya sepedaan saya pikir karena Covid-19," ujar Yuli.

Seorang wanita yang sedang menyapu halaman rumahnya di Jalan Qamari II Islamic Village juga mengaku tidak mengetahui adanya penangkapan terduga teroris. "Enggak, enggak, saya enggak tahu," ujar wanita tersebut sambil masuk ke dalam rumah.

Kapolsek Kelapa Dua, AKP Muharram Wibisono Adipradono, mengatakan, terduga teroris yang ditangkap di wilayahnya bukan pendatang baru. Densus 88 Anti Teror Polri menangkap terduga teroris berinisial AM di rumahnya di Jalan Qamari II, Perumahan Islamic Village, Kelurahan Kelapa Dua, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.

Baca juga: Dikira Warga Evakuasi Pasien Covid-19, Padahal Penangkapan Terduga Teroris di Kabupaten Tangerang 

Muharram mengatakan, AM sudah lama tinggal di perumahan tersebut. Hal itu membuat warga tidak mencurigai AM sebagai terduga teroris.

"Kalau informasi dari warga setempat memang terduga pelaku ini sudah lama tinggal di tempat itu. Sehingga memang tidak ada hal-hal yang menonjol lain ya kalau kata warga," kata Muharram.

Untuk identitas AM lebih lengkap, Muharram enggan mengungkapkannya. Ia menyerahkan seluruhnya ke Mabes Polri sebagai pihak yang menangani.

"Identitas juga masih dikantongi dari Mabes Polri. Yang jelas kami memang ada diduga pelaku terorisme di salah satu warga yang tinggal di Kelurahan Kelapa Dua," ujarnya.

Muharram mengakui, pihaknya hanya membantu pengamanan saat tim Densus 88 menggerebek dan menangkap AM. "Memang tadi pagi kami diperintahkan untuk melakukan pengamanan di area. Penanganan itu ditangani langsung oleh Mabes Polri sehingga hal hal lain kami tidak bisa menjelaskan. Karena memang tugas kami sebagai satuan wilayah, tugas kami mem-back up," kata

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono menyebut terduga teroris berinisial AM bukan orang sembarangan. Menurut Rusdi, dia merupakan salah satu pencari dana dan pelatih wirausaha untuk anggota Jemaah Islamiyah(JI) di seluruh Indonesia.

"AM ini bertugas sebagai pencari dana atau dikenal di JI sebagai istishod. Yang bertugas melakukan pelatihan kewirausahaan kepada seluruh anggota JI," ungkap dia. Pelatihan kewirausahaan bertujuan agar para anggota JI bisa menyetor lebih banyak setiap bulan kepada organisasi. Selama ini, organisasi JI mematok setidaknya meminta anggotanya menyetor 5 persen dari penghasilan.

"Harapan ketika diberikan pelatihan, usaha-usaha anggota JI ini bisa berkembang. Diharapkan ketika usaha dari para anggota JI ini berkembang, tentunya akan memberi nilai lebih infaq yang semakin besar yang masuk di dalam keuangan organisasi JI," ujar dia.

Dengan pelatihan ini, kata Rusdi, organisasi JI berharap eksistensi organisasinya bisa berkembang dan bertahan. Atas dasar itu, tim Densus 88 melakukan pergerakan senyap menangkap pelaku.

"Tentunya rekan-rekan Densus 88 masih bekerja untuk selesaikan permasalahan-permasalahan terorisme di tanah air ini," ujarnya.

Kepolisian RI sebelumnya menyampaikan total masih ada 6.000 orang tergabung dalam jaringan organisasi teroris jamaah Islamiyah (JI) yang masih aktif di Indonesia. "Dari penjelasan beberapa tersangka, sekitar 6.000 jaringan JI masih aktif. Ini menjadi perhatian kami," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono beberapa waktu lalu.

Ia menyebut organisasi terorisme JI mewajibkan kepada anggotanya yang memiliki pekerjaan tetap untuk menyisihkan pendapatannya sebesar 5 persen. Menurut Argo, uang itu diberikan anggotanya kepada JI pusat setiap bulannya. Dana itulah yang kemudian menjadi salah satu pemasukan dari organisasi JI dalam melakukan kegiatan terorismenya.

"Anggota JI kan banyak ya profesinya. Ada penjual bebek, pisang goreng. 5% (pendapatan) itu disisihkan kemudian dikirim ke JI pusat," jelas dia.

Namun demikian, Argo menyampaikan ada dua tempat lain yang menjadi sumber pendanaan organisasi JI. Di antaranya, kotak amal yang disebar di berbagai lokasi hingga dari yayasan yang di bawah naungan JI.

Dijelaskan Argo, uang itu tidak sepenuhnya digunakan oleh organisasi JI dalam kegiatan tindak pidana terorisme. Uang yang terkumpul juga digunakan dalam memberikan anggotanya yang tak memiliki pekerjaan tetap.

"Uang itu lah yang digunakan untuk membiayai semua jaringan dan selnya di seluruh Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Jadi seperti itu pendanaannya, dari kotak amal, dari menyisihkan pendapatannya, juga dari Yayasan One Care," ujarnya. (Tribun Network/igm/jai/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini