News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

eSports

Nenek Berusia 65 Tahun Ramaikan Turnamen Esports League of Legends di Taiwan

Penulis: Muhammad Ali Yakub
Editor: Dwi Setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Chiang Yi-Shu pemain dari tim Hungkuang Evergreen Gaming yang berlaga di kompetisi Universitas Hungkuang di Kota Taichung.

TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita lanjut usia di Taiwan ikut serta meriahkan turnamen pada salah satu game ternama yang dikembangkan oleh developer asal Amerika Serikat, Riot Games yaitu League of Legend.

Bukan hanya memainkan game tersebut, nenek bernama Chiang Yi-Shu itu ikut serta dalam kompetitif yang tergabung untuk tim Hungkuang Evergreen Gaming di turnamen eSports pertamanya di Universitas Hungkuang di Kota Taichung.

Chiang Yi-Shu saat ini sudah berusia 65 tahun pada hari Sabtu 17 Desember 2022 lalu.

Baca juga: Jelang League of Legend LEC 2023, G2 Esports Umumkan Kelima Roster Mereka

Hungkuang Evergreen Gaming yang berisikan pemain lansia.

Setahun lalu, Chiang Yi-Shu tidak tahu apa-apa tentang komputer, namun dia sekarang sekarang merupakan pemain League of Legend yang baru saja bertarung di turnamen eSports pertamanya.

“Terus terang, saya hanya tahu sedikit tentang komputer," ucap nenek berusa 65 tahun itu.

"Saya tidak pernah berpikir untuk mempelajarinya, karena saya lebih suka berinteraksi dengan orang lain,” kata Chiang.

“Tetapi ketika saya mulai bermain, saya menemukan bahwa itu bagus untuk otak, tambahnya.

"Dan terutama penggunaan tangan, Anda harus memiliki ketangkasan,” kata Chiang lewat kutipan dari media lokal Taiwan.

Chiang telah berlatih di rumah dan di universitas ketika dia punya waktu.

Nenek itu bermain sekitar lima jam setiap minggu, menurut pelatihnya, Ego Hsu.

Meskipun Chiang tinggal di New Taipei City, dia pergi ke universitas di Taichung, satu jam perjalanan dengan kereta api berkecepatan tinggi.

Chiang berlatih setiap minggu sebagai persiapan kompetisinya.

Hsu selaku pelatihnya mengatakan fokusnya kurang pada pembunuhan, yang merupakan tujuan utama dalam game turnamen pertempuran seperti League of Legends.

“Jadi, ketika mereka bermain game, saya akan membuat mereka menikmatinya daripada membunuh karakter mereka sepanjang waktu," kata pelatihnya.

"Saya pikir membunuh karakter sepanjang waktu akan menyebabkan mereka depresi," tambahnya.

"Jika karakter mereka terbunuh dengan cepat, saya akan menyalahkan diri saya sendiri karena itu adalah kesalahan saya untuk tidak mengajari mereka dengan baik,” imbuhnya.

Meskipun timnya kalah di turnamen tersebut, Chiang dan rekan setimnya merasa puas karena bermain game saja sudah merupakan kesempatan untuk mempelajari sesuatu yang baru, dan mengatasi ketidaktahuan awalnya akan teknologi.

(Tribunnews.com/Ali)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini