oleh: Willy Kumurur
Ketika El Pichichi La Liga Spanyol Lionel Messi tampil “berlaga” di EURO 2012 sampai “main” dua kali “membantu” Jerman dan Denmark di Arena Lviv, Ukraina- amat mengusik Cristiano Ronaldo. Pemain Argentina itu “dibawa” oleh suporter Jerman dan Denmark ke gelanggang pertempuran untuk merusak mental CR-7 dan Portugal. Hanya ‘bayangan’ Messi yang ‘nampak’ di sana, namun sanggup membuat Ronaldo uring-uringan. Pemain termahal dunia ini gagal mencetak gol ke gawang Manuel Neuer dan Kasper Schmeichel. Batinnya bergulat hebat akibat beban ganda: harapan yang ditumpukkan di pundaknya dan ketidak-mampuannya untuk mencetak gol sebagai pembuktian bahwa dirinya bisa lebih baik daripada Messi. Adalah Soren Kierkegaard yang “menghibur”nya. Filsuf eksistensialis asal Denmark itu “mengingatkan” CR-7 bahwa pergulatan batin adalah keseharian hidup manusia; yang menghentar pada upaya untuk memusatkan perhatian pada gejolak-gejolak jiwa seperti harapan dan kekecewaan. Muaranya adalah pada pengambilan keputusan eksistensial yang mesti diambil dalam waktu dekat untuk hari esok yang lebih baik.
Keputusan eksistensial itu diambil CR-7 ketika Portugal masuk ke medan tempur melawan Belanda. Punggawa andalan Real Madrid itu membuktikan kepada publik bahwa ia masih layak disebut yang terbaik; bahwa ia masih eksis. Didera oleh pergulatannya itu, Ronaldo bangkit dan menunjukkan tajinya lewat tarian indah dan cepat, menyusup masuk ke jantung pertahanan Belanda yang menganga karena keasyikan menyerang. Tendangan kaki kanan CR-7 merobek jala gawang lawan yang membuat Bunga Tulip Oranye patah terkulai layu sekaligus menerbangkan Flying Dutchman pulang lebih awal ke negerinya. Dua golnya ke gawang tim Ben van Marwijk membungkam mulut mereka yang mengejeknya.
Usai “merusak” kincir angin, ia memakan korban berikutnya yaitu membuat mogok “lokomotif” Republik Ceko alias tersingkir dari kompetisi benua biru. Di babak empat besar, CR-7 –dan rekan-rekannya- menunggu untuk “reuni” dengan kompatriotnya di Real Madrid dan rivalnya Barcelona yang bertaburan di kubu Spanyol. Bersama Nani, Pepe dan rekan-rekannya, CR-7 akan memainkan kaki-kaki Cinderella-nya lewat tarian Samba dalam orkestra di Donbass Arena, Ukraina. Dirigen orkestra itu adalah Paulo Bento, pelatih muda yang tenang dan strategik.
“Kami tahu benar kemampuan Ronaldo. Tak sabar lagi untuk bertemu,” ujar Xabi Alonso, rekan satu tim CR-7 di Santiago Bernabeu, usai menghajar Perancis dengan 2 golnya. Sergio Busquets, pemain Real Madrid lainnya, tak ingin ketinggalan berkomentar, "Kalau para pemain Real diminta tidak berkompromi saat harus menghentikan Ronaldo, maka mereka akan melakukannya. Ini bukan pertandingan antar klub, namun tim nasional. Kisahnya berbeda. Semi-final nanti adalah pertandingan melawan Portugal, bukan melawan Ronaldo."
Semifinal EURO 2012 itu laksana “El Clasico” karena menurut César Luis Menotti, “Spanyol adalah Barcelona tanpa Messi. Andai bintang Barca itu hadir, maka barisan belakang mesti bersiap untuk mengalami topan badai.” Namun, barisan pertahanan El Matador seringkali terbuka, sehingga –menurut Matt Madsen, kolumnis Bleacher Report, di sana Portugal akan menebar ancaman dan teror.
Jika yang nanti akan terjadi di pentas semifinal adalah kontes tarian Samba dan Tiki-taka, maka tari-tarian itu adalah tarian maut yang memakan korban. Kita dapat berharap bahwa akan banyak gol tercipta. Karena, menurut kolumnis Bleacher Report, Natan Baladov, dengan bertaburan-nya pemain bertalenta tinggi di kedua kubu, merupakan sebuah penghinaan kepada para fans di manapun, jika tak ada sajian gol demi gol di sepanjang pertempuran..***
Willy Kumurur adalah pencinta bola.