Laporan Wartawan Tribun, Husein Sanusi dari Polandia
TRIBUNNEWS.COM – Hari itu cuaca di Warsawa, Polandia, sangat cerah. Matahari terlihat sempurna dengan pancaran sinarnya yang terang. Meski bersinar sangat terang, namun dirasakan tidak menyengat kulit beda dengan biasanya yang sangat terik.
Saya memulai aktivitas liputan dengan mengunjungi taman Polo Mokotowski berjarak sekitar 15 kilometer dari apartemen. Memilih simpelnya akhirnya saya memutuskan naik taksi menuju lokasi liputan.
Seperti biasa, untung-untungan setiap kali naik taksi, harus diperhatikan terlebih dahulu sopirnya. Jika sang pengemudi bisa bahasa Inggris, perjalanan jadi mudah. Namun akan menemui kesulitan jika sopir hanya bisa berbicara dengan bahasa Polandia.
Kebetulan kali ini yang jadi sopir masih muda dan bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Mobil pun melaju kencang menyusuri ruas jalanan besar. Sekitar 20 menit kami sudah sampai di lokasi tujuan. Saya lalu membayar ongkos taksi.
Setelah dibayar dan meminta kuitansi pembayarannya tiba-tiba si sopir meminta duit lebih. Sontak saya kaget, mungkin dia meminta tips. Akhirnya saya keluarkan lagi beberapa kepingan uang zloty dari kantong. Namun sopir itu menolak. Setelah dijelaskan ternyata dia meminta uang logam rupiah. Saya pun kaget, ternyata sopir ini dari tadi memperhatikan saya sebagai orang asing.
Kebetulan saya masih menyimpan beberapa koin rupiah. Saya langsung memberikan koin tersebut kepada sopir taksi. Mukanya langsung semringah seperti diberi beberapa gram emas. Usut-usut punya usut sang sopir ternyata adalah kolektor uang-uang logam dari berbagai negara.
Dia menjelaskan koin rupiah tak jauh beda dengan koin zloty. Yang membuatnya sangat bahagia adalah mata uang rupiah adalah koleksi uang koin dari negara terjauh yang dimilikinya. Bangga juga rasanya ada orang Polandia sangat meminati uang koin rupiah. (Tribunnews.com/cen)