Saya tunggu saja, kalau beberapa tahun itu andai diambil Allah, ya monggo. Saya tunggu pasrah sampai bisa berangkat," kata dia.
Menurut nenek Sarmi, ia sempat cemas siapa nanti yang akan membantunya di tanah suci.
"Empat kali menunggu. Alhamdulillah bisa diberangkatkan. Nanti di sana (Makkah) apa kata yang bantu, kalau jalan saya kuat ya saya jalan. Kalau tidak, ya kursi roda. Pasrah ikut, yang bantu (petugas haji)," katanya.
Sehari-hari Bekerja di Ladang
Nenek Sarmi membayar biaya haji dari hasil penjualan tanah peninggalan orang tuanya.
"Dikasih orang tua dulu, tanah. Saya jual, saya titipkan untuk daftar haji ini, dan ternyata cukup," kata Sarmi di Asrama Haji Sukolilo Gedung D2, Rabu (17/7/2019) malam.
Sarmi mengaku hidup sendirian di rumah sederhana.
Dia bercerita dalam kesehariannya hanya berladang yaitu jagung maupun singkong.
Penghasilan ladang itu diakunya hanya cukup untuk makan.
"Tidak punya tabungan, seadanya itu dibuat makan. Tani, hasilnya saya jual ke pasar buat makan," kata dia. (Nurika Anisa)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Nenek Sarmi Asal Tulungagung yang Sebatang Kara, Bahagia Bisa Pergi Haji Meski Fisiknya Terbatas