Lelaki yang berasal dari Desa Juar, Kecamatan Sekerak, Aceh Tamiang itu berangkat seorang diri, tidak didampingi oleh istri maupun anak-anaknya.
Di dalam perbincangan bersama Serambinews.com, Mat Budin yang tidak lancar berbahasa Aceh itu dibantu oleh ketua kloter 7 untuk menjawab beberapa hal yang ditanyakan.
Mat Budin memiliki lima orang anak, dua perempuan dan tiga orang laki-laki.
Sehari-hari ia bekerja sebagai petani atau pekebun dan tinggal di Dusun Jembatan, Desa Juar, Sekerak.
Baca: Pemilu Serentak Tak Sesuai Asas, Perludem Ajukan Uji Materi ke MK
Cita-citanya sederhana yaitu hanya ingin menunaikan rukun Islam kelima yakni berangkat ke Tanah Suci.
Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Mat Budin menyampaikan ia bekerja keras dengan bertani menanam berbagai sayur, antaranya cabai, terong, kacang-kacangan, dan sawit.
Namun, ia tidak segan-segan menawarkan dan mempersilakan tetangganya untuk mengambil langsung di kebun miliknya tanpa membayar, dan apabila ada yang ingin membayar tidak ditentukan harganya.
Setelah uangnya cukup, Mat Budin mendaftar haji pada 1 Mei 2012 dan telah mengajukan permohonan percepatan keberangkatan atas nama lansia (lanjut usia) sejak 2016, 2017, dan 2019.
Pada 2018 bukan tidak ingin mengajukannya kembali, tetapi karena alasan tahun pendaftaran tidak sesuai.
Setelah menanti sekian lama akhirnya doanya terkabul, Mat Budin dengan usia yang hampir genap seabad itu dapat melaksanakan ibadah haji pada tahun ini, setelah permohonannya di kabulkan oleh kantor Kementerian Agama.
Dan kini setelah melewati proses perawatan yang panjang di Rumah Sakit King Faisal, Mekkah karena sakit yang dialaminya, ia kembali ke Maha Kuasa setelah cita-citanya tercapai.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun, Haji Mat Budin Jamaah Tertua Aceh Meninggal di Mekkah Tadi Malam