TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Urusan makan memang menjadi hal vital dalam penyelenggaraan ibadah haji.
Maklum, kalau urusan makan meleset, faktor kesehatan jemaah haji bisa terganggu.
Lalu, bagaimana kondisi dapur jemaah haji Indonesia di Arab Saudi?
Tribunnews.com berkesempatan melihat dari dekat dapur United Catering, satu dari 13 perusahaan katering yang mendapat tender memasak makanan untuk jemaah haji Indonesia selama berada di Madinah.
Karena harus melayani masakan untuk ribuan orang dalam waktu cepat, maka peralatan yang digunakan tentu saja tak sama dengan katering rumahan lainnya.
Salah satu peralatan yang terlihat menojol adalah kuali untuk memasak nasi, yang ukurannya terlihat sangat besar.
Baca juga: Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji Indonesia dari Mekkah ke Madinah Kamis 28 Juli 2022
Saking besarnya, lebih mirip bak berendam ketimbang kuali nasi.
Sang Chef, Hisyam Yusuf, yang berasal dari Madura, mengatakan, kuali nasi jumbo itu bisa digunakan untuk masak 120 kilogram beras sekaligus.
Dengan asumsi Hisyam, 40 kilogram beras bisa untuk 400 porsi.
Maka bila kuali itu dimasak penuh, bisa masak untuk 1.200 porsi langsung.
Baca juga: Bukan Lagi Jantung, Gangguan Pernafasan Kini Jadi Keluhan Terbanyak Jemaah Haji Sakit di Madinah
"Tidak setiap masak harus penuh, tergantung jumlah pesanan. Seperti hari ini, jemaah di Madinah belum penuh, maka pesanan masih belum terlalu banyak," kata Hisyam, ditemui Tribunnews.com Selasa (26/7/2022).
Ada 3 kuali nasi raksasa itu di dapur United Catering.
Setiap hari, mereka mendapat tender untuk menyiapkan 9.000 paket makanan jemaah, berupa makan pagi, siang, dan malam.
Proses memasak nasi, juga tak secepat memasak pakai magic com atau alat penanak nasi rumahan.
Bila biasanya hanya butuh 30 menit, maka dengan kuali raksasa ini, bisa memakan waktu 2 jam hingga nasi matang.
Baca juga: Kementerian Agama: 27.280 Jemaah Haji Sudah Pulang ke Indonesia
Hisyam menjelaskan, selain proses memasak, proses mendidihkan air di kuali itu yang makan waktu cukup lama.
Menurut Hisyam, beras yang digunakan untuk jemaah haji Indonesia berasal dari Thailand.
"Bukan karena kualitas beras Thailand lebih baik, tapi beras Indonesia memang belum masuk Arab Saudi," ujar chef yang dulu justru tamatan STM ini.
Pihak katering di Arab Saudi, kata Hisyam, tidak menentukan menu apa yang dimasak.
Semua menu, sudah diserahkan pihak Kementerian Agama jauh-jauh hari.
Untuk menjaga cita rasa dan gaya penyajian makanan, pihak katering yang dimiliki warga Arab Saudi ini mempekerjakan WNI.
Di Arab Saudi, makanan untuk jemaah haji Indonesia dikemas dalam kotak berlapis aluminium foil.
Umumnya, makanan ini bertahan hingga 5-6 jam, setelah didistribusikan ke jemaah haji.