TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH -- Jemaah tersesat di sekitar Masjidil Haram (Makkah) atau Masjid Nabawi (Madinah) adalah hal biasa dan bukan berita besar.
Namun jika yang tersesat adalah Ketua Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), dan si penemu juga pejabat besar, cerita ini bisa jadi spesial.
Yang mengaku tersesat adalah KH Dr (HC) Husein Muhammad Lc atau Buya Husein.
Baca juga: Jelang Puncak Haji, Arafah dan Muzdalifah Catat Suhu Tertinggi di Arab Saudi, 45 Derajat Celcius
Di NU, Buya Husein bukan tokoh sembarang. Dia adalah Ketua Mustasyar (dewan pembina) PB NU periode 2022-2026.
Yang menemukannya, juga bukan pejabat kaleng-kaleng; Inspektur Jenderal Kementerian Agama (Irjen Kemenag) Republik Indonesia, Dr H Faisal Ali Hasyim, SE, MSi. CA. CSEP.
"Subhanallah, saya tadi dapat berkah. Bertemu Ketua Mustayar PB NU, yang mengaku kesasar tertinggal dari rombongan," kata Faisal Ali Hasyim, kepada Tribun, Kamis (22/6/2023) pukul 21.12 WAS, di Terminal Syb Amir, Makkah.
Karena saat itu, suasana terminal berisik, berdebu dan padat karena menjelang shalat jamaah Isya di Masjidil Haram, Faisal pun mengajak Buya Husein ke posko Sektor Khusus Syb Amir, sekaligus posko Emergency Medical Team (EMT) Sektor Syb Amir.
Saat ditemukan, Buya Husein berpakaian ihram, menyelempang tas kecil hitam bertulis "SPORT" dan ID card ganting pengganti paspor yang diterbitkan muassasah, dan kantor pusat misi haji Indonesia di Jeddah.
Buya Husein bercerita, awalnya bersama rekan dari tim monitoring dan evaluasi haji, mereka menunaikan umrah di Masjidil Haram.
Baca juga: Bulan Sabit Merah Saudi: Lebih dari 2.300 Relawan Siap Bantu Jemaah Haji
Selesai Thawaf dan Sai, mereka berpencar; tercerai berai.
Buya Husein yang juga alumnus Universitas Alazhar Cairo ini, pun berjalan mengikuti arus jamaah Indonesia ke terminal Syb Amir, satu dari 4 terminal bus shalawat 24 jam di sekitar Masjidil Haram.
Nah, di sanalah, kisah penemuan ketua besar mustasyar NU itu mengaku kesasar itu ditemukan pejebat eselon II Kemenag, atau orang nomor tiga di kementerian urusan haji Republik Indonesia.
Kisah penemuan tokoh kesasar Mustasyar PB NU ini, sejatinya hanya dikonfirmasi Irjen, dan tidak dia ungkap langsung ke jurnalis.
Cerita itu justru diungkapkan tanpa sengaja staf oleh ADC, pendamping melekat irjen.
Momennya saat irjen memantau misi operasional transportasi bus shalawat di Terminal Syb Amir, sekitar 1.1 km sebelah timur Masjidil Haram.
"Kiai Buya, terlihat jalan sendiri, pelan di sekitar terminal bus. Pak Irjen kan anak Anshor, jadi kenal betul Buya Husein." kata staf ADC Irjen, Rayan kepada Tribun.
Saat mahasiswa di Banda Aceh, dekade 1990-an awal, Faisal Ali memang pernah menjabat Ketua PC Anshor Banda Aceh, pada akhir kuliah di Universitas Syah Kuala Aceh.
Intensitas pertemuan Faisal dengan Buya Husein, kian kerap, karena di pengurusan PB NU 2022-2026 ini, pria kelahiran Pidie Aceh itu, juga menjabat wakil bendahara.
Faisal adalah orang Aceh pertama yang menjabat irjen di kemenag.
Sebelum dilantik jasi Irjwn, Oktober 2022, Faisal adalah Direktur Sumber Daya Alam Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) RI, dan deputi direktur sejak 2019.
Faisal pernah juga menjabat Kepala Perwakila BPKP Babel (2018-2019) dan di Sulawesi Tengah.
Sedangkan Habib Buya Husein adalah ulama khas NU kelahiran Cirebon, Jawa Barat.
Beliau alumnus dan pengasuh Pesantren Daar Ut Tauhid Cirebon.
Sejak dekade 1990-an aktif di NU Cirebon, jadi Wakil Rais Syuriyah NU cabang Kabupaten Cirebon, (2001), dan Ketua Dewan Tahfidz PKB kabupaten Cirebon, 2002.
Buya adalah putra kedua dari delapan bersaudara, dari pasangan KH. Muhammad bin Asyrofuddin dan Nyai Hj. Ummu Salma Syathori.