Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Pejabat Saudi pada Kamis kemarin mengatakan bahwa saat suhu melonjak hingga 48 derajat Celcius, lebih dari 2.000 jemaah menderita tekanan panas (heat stress) selama musim Haji 1444 Hijriah/2023 Masehi.
Perlu diketahui, lebih dari 1,8 juta umat Muslim melakukan ibadah Haji selama berhari-hari, sebagian besar diadakan di luar ruangan pada puncak musim panas di Saudi.
Baca juga: Saat Puncak Ibadah Haji Suhu 46 Derajat Celscius, Ini Tantangan yang Dihadapi Jutaan Jemaah
Banyak jemaah lanjut usia (lansia) pada tahun ini, karena batas usia maksimum era pandemi virus corona (Covid-19) telah dihapuskan.
Dari berbagai sumber diketahui heat stress adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh paparan panas ekstrem, di mana penderita berpotensi mengalami sengatan panas atau heat stroke.
Salah satu dampaknya adalah kelelahan yang muncul setelah tubuh terkena suhu tinggi atau heat exhaustion; nyeri dan kejang pada kaki, perut dan tangan, disertai banyak mengeluarkan keringat atau heat cramps, ruam panas atau heat rashes hingga pingsan.
Baca juga: Maktab Mina Jadid Mulai Sepi, 92,8 Persen Jemaah Haji Jawa Barat Pilih Nafar Awal
Dikutip dari laman The Guardian, Sabtu (1/7/2023), pejabat Saudi mengatakan sekitar 1.700 kasus tekanan panas tercatat pada Kamis kemarin.
Hal itu karena sejumlah besar jemaah tetap berada di tempat suci satu hari setelah ritual utama selesai, menambah 287 yang dilaporkan sebelumnya.
"Jumlah kasus stres akibat panas sejak awal hari ini telah mencapai 1.721," kata Kementerian Kesehatan Saudi, mengimbau masyarakat untuk menghindari sinar matahari dan lebih banyak mengkonsumsi air.
Para pejabat tidak menghitung jumlah kematian, namun setidaknya 230 orang, banyak dari Indonesia meninggal selama Haji.
Baca juga: Evaluasi Total Pelaksanaan Ibadah Haji 2023, Pimpinan Komisi VIII DPR Bakal Panggil Kemenag RI
Ini menurut angka yang diumumkan oleh berbagai negara yang tidak mencantumkan mengenai penyebab kematian.
Angka sebenarnya untuk tekanan panas yang meliputi sengatan panas, kelelahan, kram, dan ruam mungkin jauh lebih tinggi, karena banyak penderita tidak dirawat di rumah sakit atau klinik.
Orang-orang yang berjuang dalam menghadapi cuaca panas adalah pemandangan umum, terutama setelah salat siang hari di Bukit Arafah, di mana tempat berteduh sulit untuk ditemukan.
Musim Haji memiliki sejarah bencana mematikan termasuk kerumunan beberapa tahun lalu, namun tantangan utama tahun ini datang dari suhu ekstrem.
Kerajaan Saudi pun mengirim ribuan paramedis dan mendirikan rumah sakit lapangan untuk membantu mengatasi risiko.
Itu adalah momen Haji terbesar sejak 2,5 juta jemaah datang pada sebelum pandemi virus corona (Covid-19) pada 2019 lalu.
Iklim Teluk sangat keras sehingga pada 2021, panel antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tentang perubahan iklim memperingatkan bahwa sebagian dari wilayah Timur Tengah berpotensi tidak dapat dihuni pada akhir abad ini karena pemanasan global.
"Suhu musim panas maksimum 50 derajat Celcius bisa menjadi kejadian tahunan pada akhir abad ini," kata para ahli.