TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Masjid Qiblatain di Madinah menjadi saksi perpindahan kiblat umat muslim.
Masjid ini berada di Quba, tepatnya di atas sebuah bukit kecil di sebelah utara Harrah Wabrah, Madinah.
Baca juga: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Madinah Akan Dimakamkan di Pemakaman Baqi
Masjid yang dikenal dengan dua arah kiblat itu dulu bernama Masjid Bani Salamah.
Dinamakan demikian karena masjid ini dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah.
Wartawan Harian Surya (Tribunnews.com Network) berkesempatan ziarah ke masjid yang terletak sekitar tujuh kilometer dari Masjid Nabawi di Madinah itu, Rabu (15/5/2024).
“Asal usul masjid Qiblatain ini, diawali dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW beserta beberapa sahabat ke Salamah untuk menenangkan Ummu Bishr binti al-Bara yang ditinggal mati keluarganya,” ujar KH Prof Aswadi, konsultan ibadah PPIH Arab Saudi saat berbincang dengan tim Media Center Haji (MCH) Daker Madinah.
Baca juga: Jemaah Haji Kloter Pertama Tiba di Madinah Lewat Jalur Fast Track
Ketika itu bulan Rajab tahun 2 Hijriyah, Rasulullah shalat Zhuhur di Masjid Bani Salamah.
Ia mengimami para jemaah.
Dua rakaat pertama shalat Zhuhur masih menghadap Baitul Maqdis (Palestina), sampai akhirnya malaikat Jibril menyampaikan wahyu pemindahan arah kiblat.
Wahyu datang ketika lelaki dijuluki Al-Amin ini baru saja menyelesaikan rakaat kedua.
Baca juga: Satu Jemaah Haji Wafat Usai Salat Asar di Masjid Nabawi, Hajinya Akan Dibadalkan
Dalam Alquran Allah berfirman, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allah dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah: 144).
Begitu menerima wahyu ini, Rasul langsung berpindah 180 derajat, diikuti oleh semua jemaah melanjutkan shalat Zhuhur menghadap Masjidil Haram.
Yang tadinya menghadap Baitul Maqdis dengan tetap melanjutkan rakaat ke dua bersama makmum (pengikut shalat).
Sejak saat itu, kiblat umat Islam berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina (menghadap ke utara dari Madinah), menuju Masjidil Haram (menghadap arah selatan dari Madinah).
Masjid Bani Salamah ini pun dikenal sebagai Masjid Qiblatain atau Masjid Dua Kiblat.
Diceritakan, pada awalnya kiblat shalat untuk semua nabi adalah Baitullah di Mekah yang dibangun pada masa Nabi Adam AS, seperti yang tercantum dalam Al Quran Surah Ali Imran ayat 96 : “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”
Sedangkan Al Quds (yang kudus: Baitul Maqdis) ditetapkan sebagai kiblat untuk sebagian dari para nabi dari bangsa Israel. Al Quds berada disebelah Utara. Adapun Baitullah di Mekah disebelah Selatan sehingga keduanya saling berhadapan.
Kini bangunan Masjid Qiblatain memang memiliki dua arah mihrab yang menonjol (arah Makkah dan Palestina) yang umumnya digunakan oleh Imam shalat.
Setelah direnovasi oleh pemerintah Arab Saudi, dengan hanya memfokuskan satu mihrab yang menghadap Ka’bah di Makkah dan meminimalisir mihrab yang menghadap ke Yerusalem, Palestina.
Saat Tribunnews.com Network berkunjung ke sana, peziarah yang datang terbilang tidak terlalu banyak. Namun sepanjang waktu terus ada yang datang.
Lelaki maupun perempuan. Mereka masuk ke masjid dan menyempatkan untuk salat di masjid tersebut. (Surya.co.id/M.Taufik/Media Center Haji 2024)