TRIBUNNEWS.COM - Polemik penggunaan visa turis untuk berhaji tak hanya terjadi di Indonesia saja, masalah serupa juga dihadapi pemerintah Arab Saudi saat menjamu negara lainnya di musim Ibadah Haji tahun ini.
Masalah visa turis untuk berhaji ini kian menganga terbuka saat muncul data terkait 41 warga Jordan yang meninggal saat menunaikan Ibadah Haji tahun ini.
Dikutip Tribunews dari The Jordan Times, Kementerian Luar Negeri dan Urusan Ekspatriat Yordania mengkonfirmasi bahwa seluruh warga Yordania yang meninggal selama musim haji tahun ini menggunakan visa turis untuk berhaji.
Meski tak memiliki izin resmi berhaji, Pemerintah Yordania berhasil menegosiasikan izin pemakaman para jenazah di tanah suci dengan restu pemerintah Arab Saudi.
Seluruh 41 jenazah warga Jordan yang meninggal di musim haji tahun ini akan dimakamkan di Mekah di kompleks yang sama dengan delegasi resmi haji Yordania yang meninggal di tahun-tahun sebelumnya.
.
Tak hanya di Yordania, masalah serupa juga terjadi di Tunisia.
Dikutip Tribunnews dari Samaa TV, Kementerian Luar Negeri, Migrasi, dan Warga Tunisia di Luar Negeri juga mengkonfirmasi bahwa sebagian besar jemaah haji Tunisia yang meninggal pada Ibadah Haji tahun ini menggunakan visa turis
Kebanyakan dari mereka yang meninggal telah tiba di Arab Saudi lebih awal hingga sebulan dengan visa kunjungan wisata atau umrah.
Kemenlu Tunisia menilai banyaknya warga yang menggunakan visa turis untuk berhaji yang kemudian meninggal ditengarai karena suhu ekstrim yang melanda Arab Saudi tahun ini.
Seperti yang diketahui sebelumnya, musim haji tahun ini diwarnai kenaikan suhu yang signifikan di Mekah dan beberapa kota besar lainnya di Arab Saudi.
Tak pelak banyak jemaah haji yang tiba dengan visa turis harus merasakan terik panas tersebut lebih lama dari mereka yang berhaji secara resmi karena mereka sudah datang sebelum ibadah haji dimulai.
Baca juga: Nilai Pansus Haji Belum Perlu, Wakil Ketua MPR RI Yandri Susanto Anggap Terlalu Politis
Keadaan itu kian parah karena jemaah yang menggunakan visa turis tersebut melakukan perjalanan jauh di Kota Suci di bawah terik matahari, tanpa ada akomodasi, makanan, atau layanan transportasi yang jelas.
Hasilnya, mereka terpapar risiko kelelahan panas, paparan sinar matahari, dan harus berjalan kaki di jalan-jalan sulit dan tidak beraspal yang seharusnya tidak diperuntukkan bagi pejalan kaki.
Situasi ini yang diduga menyebabkan kematian banyak jemaah haji dari Tunisia pungkas pihak Kemenlu.
(Tribunnews.com/Bobby)