TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Indonesia masih gemar mengonsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, baik untuk kendaraan roda dua dan roda empat. Hal itu mengakibatkan industri otomotif menyesuaikan rakitan mesinnya dengan komdisi di dalam negeri.
General Manager Product Planning PT KIA Mobil Indonesia, Arifani Perbowo, mengungkapkan pihaknya sudah menyiapkan kendaraan dengan teknologi yang ramah lingkungan. Namun mesin mobil KIA harus mendapat dukungan dari bahan bakarnya, dalam hal ini BBM bersubsidi jenis solar dan Premium Ron-nya masih 88, standar yang jauh untuk mobil dengan teknologi tinggi.
"Kita tidak bisa menerapkan teknologi 'go green' yang sudah diterapkan KIA di negeri lain," ujar Arifani, Selasa (23/9/2014).
KIA menunggu kesadaran dari masyarakat untuk beralih BBM bersubsidi ke BBM non subsidi. Sebab kualitas BBM non subsidi memenuhi kualitas teknologi di luar negeri, karena memiliki Ron 92.
"Kami menunggu masyarakat lebih sadar untuk merawat kendaraan mereka dengan Pertamax," ungkap Arifani.
Teknologi yang ingin dibawa KIA selama ini adalah GDI dan Dual CVVT System untuk mesin bensin serta CRDi untuk dieselnya. Mesin GDi didesain untuk memiliki kompresi tinggi agar menghasilkan performa yang sangat baik tetapi mampu menurunkan penggunaan BBM dan produksi emisi gas buang.
"Karena mesin GDi tidak bisa dengan BBM subsidi mengingat kompresinya yang tinggi. Dengan BBM subsidi mesinnya akan cepat bermasalah, padahal ini bukan karena kualitas mesinnya, tapi BBM-nya," jelas Arifani.