Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Kendati akan diperintah oleh figur baru, Korea Utara (Korut) tetap menolak bersatu dengan saudara kandungnya, Korea Selatan (Korsel).
"Kami merasa sangat yakin, Korea Selatan merupakan negara boneka para politisi di seluruh dunia," ujar Kementerian Pertahanan Korea Utara, dalam pernyataan resminya, seperti dikutip dari CNN, Jumat (30/12/2011).
Pernyataan itu keluar setelah negara penganut ideologi komunis tersebut, menggelar upacara nasional pemakaman Pimpinan besar mereka, Kim Jong Il, selama dua hari berturut-turut di pusat Ibukota negara, Pyongyang.
Pasca-meninggalnya Kim Jong Il, putranya Kim Jong Un, yang masih berusia 20 tahun, digadang-gadang menjadi suksesor ayahnya, untuk memerintah Korut.
Lebih lanjut dalam pernyataanya, Kementerian Pertahanan Korut, menyatakan Korsel sebagai seorang penghianat. Tak hanya itu, Pemerintah Korut juga mengecam kebijakan pemerintah Korsel, yang hanya mengijinkan kelompok warga untuk berkunjung memberikan penghormatan terakhir kepada Kim Jong Il, di Pyongyang. "Hal itu menunjukkan permusuhan,".
Seperti diberitakan sebelumnya, Korut, di hari ini, Kamis (29/12/2011), melangsungkan upacara pemakaman nasional, mantan Pemimpin Korut, almarhum Kim Jong Il, di lapangan Kim Il Sung, pusat Ibukota Korut, Pyongyang.
Sehari sebelumnya, Pemerintah Korut melaksanakan upacara penghormatan terhadap mendiang Kim Jong Il, di lokasi yang sama.
Peti mati Kim, diarak di dalam sebuah mobil jenazah berwarna hitam, bermerek Lincoln Continental, melewati ribuan pelayat yang terdiri dari pejabat Pemerintah, militer, dan tentara Korut.
Kim Jong-il meninggal karena serangan jantung pada tanggal 17 Desember pada usia 69 tahun. Ia memerintah Korea Utara sejak kematian ayahnya Kim Il-sung pada tahun 1994.