Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan boneka (Front Company) - mafia Jepang - sedikitnya ada sekitar 3.000 perusahaan. Itulah daftar yang dimiliki seorang wartawan khusus Yakuza Jepang. Artinya, ada kemungkinan lebih banyak lagi jumlah perusahaan boneka tersebut.
Demikian ungkap pengarang buku "Yakuza dan Genpatsu" terkenal di Jepang, Tomohiko Suzuki, khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (16/4/2013), di Ikebukuro, Tokyo.
"Dari daftar yang saya miliki saja, ada sekitar 3.000 perusahaan boneka, dan jumlah itu rasanya masih ada lagi yang lain tampaknya," papar dia lagi.
Perusahaan boneka Yakuza umumnya bergerak di bidang properti, kontraktor, makanan, klub malam, konsultan, dan sebagainya.
Kita dapat mengetahui sebuah perusahaan itu perusahaan boneka dengan melihat akta notarisnya yang mencantumkan nama Yakuza yang tercantum sebagai presdir dan pimpinan lainnya. Di waktu lalu masih banyak yang umpet-umpetan dengan nama orang lain, sehingga sulit terdeteksi oleh pihak berwajib. Namun untuk daerah utara, misalnya Tohoku, karakter manusianya lebih berani sehingga pada akte notaris perusahaan mereka mencantumkan namanya dengan jelas, tidak menggunakan nama orang lain.
Kini dengan UU Anti-Yakuza yang sangat ketat, perusahaan boneka tersebut akan semakin sulit bergerak karena pihak kepolisian memiliki daftar para anggota yakuza dan apabila pihak masyarakat mengetahui perusahaan itu adalah milik Yakuza, maka dilarang menggunakan perusahaan tersebut karena masyarakat yang menggunakan perusahaan tersebut akan terkena hukuman atau sanksi hukum pula terkait UU Anti Yakuza (botaiho dan bohaijorei).
Kini menurut Suzuki, jumlah perusahaan boneka jauh semakin sedikit karena UU Anti-Yakuza sangat ketat sehingga mereka kesulitan berbisnis, sehingga banyak yang bangkrut perusahan tersebut.
Perusahaan boneka atau juga bisa disebut Kigyou Shatei (kakak perusahaan) tersebut apabila tak menghasilkan dan bangkrut berarti pendapatan kelompok Yakuza mana pun juga jauh semakin berkurang saat ini. Kehidupan Yakuza semakin susah.
"Apabila anggota yakuza miskin, tidak ada arti bagi kelompoknya, maka kapan pun dia mau ke luar, bosnya (oyabun) biasanya tidak masalah, mengizinkan. Tetapi kalau anggota yakuza itu punya uang atau pintar cari uang bagi kelompoknya, biasanya oyabun akan menahan tidak boleh keluar dari kelompoknya. Di situlah bahaya dan anggota yang mau mengundurkan diri itu bisa terancam pula nyawanya," papar Suzuki lagi.
Dengan demikian semua bertolak langsung dan jelas hanya terkait soal uang. Apabila memberikan materi berlebih, uang yang baik, maka seorang yakuza biasanya akan terus dipertahankan dan bahkan karier bisa terus meningkat ke atas.
Info lengkap yakuza bacalah www.yakuza.in