TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menyatakan Amerika Serikat mengutuk pertumpahan darah di Mesir. Dia menyatakan kekerasan ini merupakan pukulan serius untuk rekonsiliasi Mesir.
"Menyedihkan," ujar Kerry, dalam konferensi pers seperti dikutip Reuters, Rabu (14/8/2013) malam waktu setempat atau Kamis (15/8/2013) dini hari waktu Indonesia. Dia menegaskan semua pihak di Mesir harus menghindari kekerasan dan berpartisipasi untuk memulihkan arah politik Mesir.
"Kondisi darurat di Mesir harus segera diakhiri," tegas Kerry. Bila dibiarkan berlanjut, menurut dia krisis politik Mesir akan semakin memurukkan ekonomi negara itu. Kerry menyatakan masih punya keyakinan bakal ada solusi politik untuk Mesir, tetapi akan sulit dilakukan bila kekerasan terus berlanjut.
Jumlah korban dari konflik politik berkelanjutan di Mesir telah lebih dari 149 orang, sebagaimana dikutip CNN dan AFP dari otoritas setempat. Korban berjatuhan setelah pihak keamanan Mesir memaksa para demonstran pendukung Presiden terguling Mesir Muhammad Mursi meninggalkan tenda-tenda yang didirikan di Rabaa al-Adawiya dan Al-Nahda Square Kairo.
Buldoser dikerahkan militer untuk memaksa para pengungsi itu pergi, bersamaan dengan tembakan yang berdesingan. Jumlah korban tewas dalam pengusiran para demonstran, Rabu, telah melampaui korban tewas dalam revolusi 2011 Mesir, ketika ribuan demonstran turun ke jalan menggulingkan Presiden Husni Mubarak. Insiden ini sekaligus menjadi insiden tunggal paling berdarah sejak revolusi 2011 tersebut.(Palupi Annisa Auliani)