TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Seorang pejabat Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan, Presiden Barack Obama tampaknya akan mengambil opsi melancarkan serangan militer terbatas di Suriah.
Opsi itu dilakukan sebagai hukuman terhadap rezim Presiden Bashar al Assad, yang diduga menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil.
Kementerian Pertahanan AS telah menginstruksikan lima kapal perang penghancur ke Timur Laut Mediterania, di mana setiap kapal mengangkut puluhan rudal Tomahawk, dan sap menerima instruksi sewaktu-waktu. Demikian diberitakan New York Times, Jumat (30/8/2013).
Obama tampaknya tidak akan mencari persetujuan PBB atau sekutunya, ketika mengisnstruksikan menyerang Suriah.
Pejabat yang meminta namanya tidak disebutkan mengatakan, hingga kini Obama belum mengeluarkan perintah untuk menyerang Suriah.
AS diperkirakan bakal menyerang Suriah setelah tim inspeksi PBB yang sedang berada di Suriah, keluar dari negara yang dilanda perang saudara, Sabtu pekan ini.
Tim PBB berada di Suriah untuk menyelidiki laporan dugaan pengunaan senjata kimia oleh rezim Presiden Bashar al Assad, di pinggiran Kota Damaskus pekan lalu, dan menewaskan lebih dari 1.300 orang.
Obama mengatakan, pihaknya meyakini serangan itu dilancarkan oleh pasukan rezim.
Sementara, para wakil rakyat Inggris, Kamis (29/8/2013) waktu setempat, menolak rencana penggunaan kekuatan militer di Suriah.
Keputusan itu diambil dalam rapat di House of Commons, di mana anggota dewan yang menyetujui dan menolak rencana intervensi militer di Suriah, terpaut 13 suara.
Perdana Menteri Inggris David Cameron, yang hadir dalam sidang itu menyatakan, akan bertindak sesuai sikap yang diambil dewan.
"Pemerintah akan bertindak sesuai dengan itu," ujarnya, seperti dikutip ribunnews.com dari Channelnewsasia.com, Jumat.
Jika AS tetap melancarkan serangan ke Suriah, maka ini pertama kali AS berperang tanpa bantuan dari sekutu terdekatnya, Inggris. (*)