TRIBUNNEWS.COM, JUBA - Presiden Sudan Selatan mengumumkan keadaan darurat di negaranya di hari Rabu (1/1/2014).
Pengumuman itu terjadi jelang pembicaraan damai untuk menghentikan kekerasan terbaru di Sudan Selatan.
Presiden Salva Kiir mengeluarkan keadaan darurat itu untuk negara bagian Unity dan Jonglei, yang meliputi kota Bor dan Benitu yang dikuasai oleh kelompok pemberontak.
Radio pemerintah juga melaporkan bahwa Kiir memerintahkan pembentukan tim negosiasi untuk mengambil bagian dalam pembicaraan damai di Ethiopia.
Delegasi pemerintah termasuk sejumlah tokoh oposisi utama, seperti yang dipersyaratkan dalam peraturan presiden.
Perwakilan dari pihak yang bertikai di Sudan Selatan akan tiba di Ethiopia pada hari Rabu untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan mengakhiri kekerasan yang menghancurkan bangsa mereka.
Hilde Johnson, yang memimpin misi PBB untuk Sudan Selatan, mengatakan ia ingin melihat kedua belah pihak mengambil langkah tegas untuk menghentikan semua permusuhan.
"Kami ingin kekerasan berhenti hari ini," katanya dalam konferensi pers di ibukota Sudan Selatan, Juba.
Kiir dan pemimpin pemberontak, mantan Wakil Presiden Riek Machar, di hari Selasa setuju untuk mengirim delegasi ke ibukota Ethiopia, Addis Ababa, rumah dari Uni Afrika, untuk melakukan pembicaraan damai. (cnn)