Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sekolah-sekolah di Jepang tahun ini meningkatkan uang sekolahnya sangat bervariasi antara 4000 yen sampai dengan 200.000 yen. Hal ini karena kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) yang saat ini 5% akan menjadi 8% per 1 April 2014. Kemudian naik lagi per 1 April 2015 menjadi 10%.
Selain itu hasil survey Yomiuri yang diungkapkan hari ini (22/1/2014), terhadap 39 sekolah ditanggapi 13 sekolah sangat jelas memperlihatkan, kenaikan uang sekolah terjadi pertama kali ini setelah 8-17 tahun lalu.
Peningkatan uang sekolah untuk tingkat perguruan tinggi sekitar 50.000 yen sampai dengan 200.000 yen. Uang sekolah kursus sekolah Jepang juga naik mulai 4000 yen ke atas.
Untuk uang sekolah perguruan tinggi per tahun menjadi sekitar 1,6 juta yen yang berarti peningkatan sekitar 13,5% dibandingkan sebelumnya.
"Berbagai kenaikan biaya di Jepang termasuk kenaikan PPN juga membuat sekolah-sekolah di Jepang menaikkan biaya sekolah dan hal ini juga dilakukan setelah sekian lama mereka tidak menaikkan harga. Hal ini jarang atau langka dilakukan di Jepang. Tidak seperti di Indonesia mungkin hampir setiap tahun naik biaya sekolah," papar Made Kusuma Asih, Direktur Pandan College, sekolah bahasa Jepang di Indonesia (021-2727-2511, 0361-255-225, www.pandan.ac.id) khusus kepada Tribunnews.com pagi ini (22/1/2014).
Banyak pelajar Indonesia, tambahnya, yang mau sekolah ke Jepang dan tampaknya juga menyadari akan kenaikan biaya sekolah tersebut, "Para pelajar Indonesia karena niatnya besar mau belajar ke Jepang, kenaikan harga pun tetap saja ke Jepang untuk belajar," paparnya lebih lanjut. Dia juga mengakui cukup banyak calon pelajar yang ingin ke Jepang konsultasi lewat Pandan College saat ini.
Hasil survei Yomiuri juga mengungkapkan, kenaikan Universitas Waseda misalnya meningkat sekitar 30.000 yen untuk fakultas ekonomi. Sedangkan Nihon University akan menaikkan uang sekolahnya sekitar 200.000 yen.
Jumlah murid Indonesia yang belajar di Jepang saat ini sekitar 2000 orang dan banyak yang belajar di selatan Jepang karena universitas tersebut menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris sehingga tak mengalami kesulitan bagi pelajar asing di sana.