Hari Perempuan Internasional digelar untuk merayakan dan menghormati posisi mereka. Berikut adalah kisah dari tujuh perempuan dari Australia yang telah berkiprah di luar Australia untuk membantu sesama.
Di tengah pemberitaan soal wanita yang terkadang negatif, tapi telah banyak wanita yang melakukan kontribusi melalui pekerjaannya.
Berikut tujuh wanita Australia yang bisa dibanggakan melalui dedikasinya di luar Australia.
1. Tara Winkler dari Yayasan Cambodian Children's Trust
Cambodian Children's Trust
Tara menyabet gelar 'Young Australian of the Year' di negara bagian New South Wales pada tahun 2011. Ia terpilih karena upayanya membantu memutus lingkaran kemiskinan dan kekerasan diantara keluarga-keluarga di Kamboja.
Panggilan hatinya berawal saat ia berlibur ke Asia Tenggara di tahun 2004. Tara menyaksikan anak-anak yang menderita saat berkunjung ke sebuah panti asuhan. Ia kemudian mendirikan yayasan Cambodian Children's Trust. Dengan bantuan warga setempat, Tara kini tidak hanya menyediakan rumah yang lebih nyaman bagi anak-anak yatim piatu, tapi juga bekerja untuk sejumlah proyek pembangunan komunitas.
Tara juga gencar melakukan program pemberdayaan wanita, karena menurutnya, "dengan memberikan perhatian lebih pada wanita dan remaja puteri bisa menjadi hal yang efektif untuk memerangi kemiskinan global..."
"Hubungan yang terjalin membuat saya bangun dan terkadang melewati masa yang sulit. Itu membuat saya berjuang agar bisa menjadi orang yang terbaik semampu saya. Saya sangat beruntung dikelilingi oleh banyak orang yang penuh cinta," jelas Tara.
"Hubungan yang terjalin membuat saya bangun dan terkadang melewati masa yang sulit. Itu membuat saya berjuang agar bisa menjadi orang yang terbaik semampu saya. Saya sangat beruntung dikelilingi oleh banyak orang yang penuh cinta," jelas Tara.
2. Natasha Stott Despoja, Diplomat
Natasha Stott Despoja bersama Doreen di Honiara, Desember 2013
Natasha Stott Despoja memasuki dunia perpolitikan Australia di tahun 1993. Saat dirinya berusia 26 tahun, ia menjadi wanita termuda yang pernah tercatat duduk di kursi parlemen federal Australia. Ia juga pernah menjadi pemimpin partai termuda saat terpilih menjadi pemimpin Demokrat Australia.
Selama 13 tahun, Natasha aktif mengkampanyekan soal status wanita. Bahkan sebelum dirinya memiliki anak, ia telah mendukung kebijakan untuk membantu warga Australia menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan mengurus rumah tangga, termasuk cuti hamil, akses yang lebih baik untuk penitipan anak, dan jam kerja yang lebih fleksibel.
Kini Natasha telah pensiun dari dunia perpolitikan dan mencoba pertarungan dalam berdiplomasi. Ia terpilih sebagai wanita kedua dari Australia dalam program 'Ambassador for Women and Girls' yang sudah jadi impiannya sejak lama. Ia juga menjabat sebagai salah satu ketua di 'Foundation to Prevent Violence Against Woman and Their Children'.
3. Kate Witcombe, Duta Muda
Kate dan siswanya di sekolah keperawatan di Kiribati
Kate Witcombe sebelumnya pernah menghabiskan waktu selama setahun di sebuah kawasan terpencil di Kepulauan Pasifik sebagai perawat.
Ia juga melatih sejumlah guru saat bergabung program Australian Youth Ambassadors for Development.
Dengan pengalamannya saat bekerja di unit gawat darurat yang sangat sibuk di Melbourne, ia kemudian menemukan kalau pengalamannya bisa lebih lebih diaplikasikan dengan bergabung Sekolah Keperawatan di Kiribati, dekat Christmas Island.
Disini ia menjadi sangat kreatif. Dengan perlengkapan seadanya, Kate menjadikan sabuk seragamnya menjadi sabuk tensi, telapak tangan bagian luar untuk mengukur suhu udara, batok kelapa menjadi model tengkorak. Keterampilan keperawatannya menjadi sesuatu yang tak ternilai.
Dengan sumber daya yang terbatas dan peralatan, Kate diganti sabuk seragam keperawatan untuk torniket, punggung tangan untuk termometer, kelapa untuk model tengkorak. Dia menemukannya tangan-on, keterampilan keperawatan dasar yang tak ternilai.
"Saya belajar banyak hal dari murid-murid saya, dan ini menjadi titik balik bagi saya untuk mengetahui kemampuan saya dalam beradaptasi dengan lingkungan yang berubah-ubah," kata Kate.
"Saya berbagi dengan orang-orang yang bisa dikatakan paling bahagia hidupnya di dunia ini, mereka yang tersenyum dan tertawa setiap hari... Saya meninggalkan Kiribati dengan pengetahuan soal masa depan keperawatan di tangan para siswa yang muda."
4. Dr Bernadette Poynter, Sekolah Prosperous Future
australiaunlimited.com
Dr Bernadette Poynter adalah seorang chiropractor dan dikenal dengan usahnya mendirikan sekolah Prosperous Future di pedalaman Cina.
Bernadette dan timnya bermitra dengan komunitas ZhaoJue untuk menyediakan tempat tinggal bagi anak yatim piatu, memberikan layanan pendidikan, dengan harapan yang lebih cemerlang bagi anak-anak tersebut.
Bernadette dan timnya bermitra dengan komunitas ZhaoJue untuk menyediakan tempat tinggal bagi anak yatim piatu, memberikan layanan pendidikan, dengan harapan yang lebih cemerlang bagi anak-anak tersebut.
Setiap anak mendapat dukungan dari orang tua asuh di luar Cina. Orang tua dan anak asuh saling berhubungan lewat korespondensi. Dengan cara ini mereka bisa terus merasakan sebagai bagian dari kehidupan satu sama lain. Bernadette merasa kalau ini adalah hal penting untuk bisa menyatukan komunitas di kawasan Asia Pasifik.
"Ini adalah hal paling berharga yang pernah saya lakukan. Orang-orang yang saya temui setiap harinya berbagi semangat sama halnya dengan saya, untuk membantu anak-anak tanpa mencari keuntungan, luar biasa ... Saya tidak bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dari ini."
5. Sonja Stefen, Advokat Komunitas Bumiputera
Sonja saat berbincang dengan para perempuan dari kaum etnis di Bangladesh. Melissa Piper
Sonja Stefen menghabiskan 12 bulan di sebelah utara Bangladesh untuk bekerja bersama sebuah organisasi yang mengurusi komunitas etnis di kawasan tersebut.
Lembaga swadaya masyarakat tersebut bertujuan untuk menjembatani pemisah antara kaum etnis yang minoritas dengan masyarakat luas.
Dengan jabatan yang mengurusi pemasaran dan networking, Sonja membantu menyediakan akses untuk kesehatan, pendidikan, bantuan hukum, dan mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan hak warga.
"Dengan menghabiskan lebih dari tujuh bulan di lapangan, berinteraksi dengan para kaum minoritas dan belajar soal budaya mereka, saya jadi sadar meski berada di lingkungan yang jauh berbeda, kita justru bisa berbagi lebih dari yang dibayangkan. Dan yang lebih penting, kita bersatu dalam gerakan ini demi kesetaraan."
"Dengan menghabiskan lebih dari tujuh bulan di lapangan, berinteraksi dengan para kaum minoritas dan belajar soal budaya mereka, saya jadi sadar meski berada di lingkungan yang jauh berbeda, kita justru bisa berbagi lebih dari yang dibayangkan. Dan yang lebih penting, kita bersatu dalam gerakan ini demi kesetaraan."
6. Penny Williams, Perwakilan Pertama Australia di Global Ambassador for Women and Girls
Tahun 2011 pemerintah Australia membuat posisi untuk duta Australia unuk wanita dan remaja puteri atau Ambassador for Women and Girls.
Tujuan dari posisi ini untuk mempromosikan kesetaraan gender dan memberikan suara bagi para wanita, terutama di kawasan Asia Pasifik. Penny Williams terpilih menjadi yang pertama untuk menjalani jabatan ini.
Ia telah bekerja di kawasan Pasifik untuk menyuarakan masalah kekerasan terhadap wanita dan pentingnya kedudukan wanita di kancah politik.
"Semakin kita tidak setara dari komunitas, maka kemungkinannya semakin besar untuk mengalami kekerasan," jelasnya.
Meski masih banyak hal yang perlu dikerjakan, Penny merasa kalau sedikit demi sedikit kemajuan mulai terlihat.
"Saya merasa lebih optimis daripada pesimis."
7. Lorraine McBride, Jaringan Pertemanan Australia - Timor Leste
Lorraine bersama Alexandrina dan Candida. austimorfn.com
10 tahun lalu, Lorraine dihubungi oleh program bantuan Australia atau Australian Aid untuk membangun pusat komunitas di Baucau, kota terbesar kedua di Timor Leste.
ia menjalin hubungan dengan sejumlah warga lokal. Jalingan hubungan ini menjadi persahabatan yang abadi, dan dengan pengalamannya ini ia menjadi salah satu fasilitator untuk Jaringan Persahabatan Australia - Timor Leste.
Kelompok ini digagas pada tahun 1999 untuk mendukung pengembangan komunitas di Timor Leste melalui berbagi informasi dan pelajaran. Awalnya hanya ada dua orang yang mengagas kelompok ini, namun kini telah ada 50 kelompok yang telah terbentuk di seluruh Australia.
Lorraine adalah seorang yang penuh semangat dan berkomitmen untuk menjalankan proyek pengembangan komunitas di Timor Leste. Hasil kerjanya ini telah mampu mempromosikan budaya dan pembelajaraan diantara dua negara. Kini ia telah merasa Baucau sebagai rumahnya.
Lorraine adalah seorang yang penuh semangat dan berkomitmen untuk menjalankan proyek pengembangan komunitas di Timor Leste. Hasil kerjanya ini telah mampu mempromosikan budaya dan pembelajaraan diantara dua negara. Kini ia telah merasa Baucau sebagai rumahnya.
BERITA REKOMENDASI