TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM - Serangkaian serangan udara Israel menghantam sejumlah sasaran di Gaza dan menewaskan belasan orang pada Rabu (9/7/2014), saat puluhan roket kaum militan Hamas melesat ke Israel.
Tembakan roket-roket Hamas yang bertubi-tubi, mendorong Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meningkatkan serangan terhadap kelompok militan itu.
"Operasi ini akan diperluas dan akan berlanjut sampai penembakan terhadap warga kita berhenti dan ketenangan dipulihkan," kata Netanyahu.
Dia tidak merinci perluasan seperti apa yang akan diperlukan tetapi mengatakan bahwa militer Israel "siap untuk segala kemungkinan."
Presiden Israel Shimon Peres, yang perannya secara umum seremonial dan tidak terlibat dalam menetapkan kebijakan, mengatakan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CNN bahwa ia yakin serangan darat "mungkin akan terjadi segera" kecuali Hamas berhenti menembakkan roket ke Israel.
"Kami memperingatkan mereka. Kami meminta mereka menghentikannya," kata Peres. "Kami menunggu satu hari, dua hari, tiga hari dan mereka terus berlanjut, dan mereka roket ke daerah-daerah lainnya di Israel."
Meski Peres berbicara atas nama dirinya sendiri dan posisinya tidak dapat menjelaskan kebijakan resmi pemerintah, Menteri Intelijen Israel Yuval Steinitz sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa operasi darat "mungkin diperlukan."
Sementara itu, Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas mengadakan pertemuan darurat dengan kabinetnya guna membahas krisis itu. "Perang ini bukan melawan Hamas atau partai politik lain tetapi ini melawab rakyat Palestina," katanya kepada media sesudah rapat tersebut.
"Apa nama yang anda berikan untuk kejahatan ini? Apa jenis kejahatan ini menurut hukum internasional? Membunuh seluruh keluarga, apakah ini hukuman kolektif? Ini merupakan genosida kolektif!"
Seorang juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan bahwa ancaman Israel untuk meluncurkan serangan darat yang "bodoh" itu tidak akan membuat takut siapa pun. Ia menegaskan bahwa para pejuang sayap militer Hamas siap untuk menghadapi para tentara "pengecut" Israel di Gaza.
Komentar tersebut terjadi saat korban tewas meningkat di Gaza, di mana militer Israel telah menyerang 550 sasaran Hamas sejak melancarkan serangannya Senin. Militer Israel mengatakan, sasaran itu termasuk 60 peluncur roket, 31 terowongan dan rumah dari 11 pemimpin senior Hamas, yang digambarkan tentara Israel sebagai "pusat komando."
Setidaknya 61 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 550 orang terluka dalam serangan udara Israel itu, kata sumber-sumber medis dan pejabat Departemen Kesehatan Palestina.
Di antara yang tewas adalah delapan wanita dan 11 orang anak, termasuk seorang bayi berusia 18 bulan dan seorang wanita 80 tahun. Demikian menurut sebuah daftar yang disediakan sumber-sumber medis Palestina dan pejabat Departemen Kesehatan.
Dalam sebuah serangan udara pada Rabu, dua orang anak dan ibu mereka termasuk di antara lima orang tewas ketika pasukan Israel menyasar rumah mereka. Sejumlah sumber keamanan Palestina mengatakan, beberapa anggota keluarga itu diyakini punya hubungan dengan Hamas.
Kabinet Israel telah mengotorisasi pihak militer untuk memanggil 40.000 tentara jika diperlukan. Jumlah itu 10.000 lebih banyak dari yang dipanggil saat serangan Israel ke Gaza pada November 2012. Namun sejauh ini baru sekitar 1.000 yang telah dimobilisasi.
Militer Israel mengatakan, sebanyak 72 roket menghujani negara itu pada Rabu. Beberapa dari roket tersebut jatuh di daerah tidak berpenghuni, sementara yang lainnya dicegat oleh sistem pertahanan Iron Dome negara itu di atas Tel Aviv, Ashkelon dan Dimona. Belum ada laporan tentang korban.
Dimona merupakan lokasi pembangkit nuklir. Media Israel melaporkan, fasilitas tersebut tidak terkena serangan roket.
Hamas diyakini memiliki 10.000 roket dengan rentang yang berbeda-beda, kata Letnan Kolonel Peter Lerner, seorang juru bicara militer Israel. Negara Yahudi itu mengatakan, sekitar 3,5 juta penduduk tinggal di daerah yang berada dalam jangkauan roket.