TRIBUNNEWS.COM, BEIJING — Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Kamis (10/9/2014), di sela-sela kunjungannya di Beijing, China, mengatakan, Israel dan Palestina kini menghadapi sebuah "momen berbahaya" pada saat kekerasan terus berlanjut di Jalur Gaza.
"Ini adalah saat-saat yang sangat berbahaya," ujar Kerry kepada wartawan setelah melakukan pembicaraan dengan para pejabat China.
Kerry menambahkan, pihaknya sudah menghubungi PM Israel Benyamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk mencari jalan agar gencatan senjata bisa terwujud.
"Kami sudah berupaya untuk mencari berbagai kemungkinan untuk mengakhiri kekerasan dan mencari solusi untuk semua perbedaan agar semua pihak bisa berjalan maju," tambah Kerry.
Meski demikian, Kerry menegaskan, tak ada negara di mana pun yang menerima jika wilayah dan warganya menjadi sasaran serangan roket.
"Dalam hal ini, kami mendukung Israel untuk mempertahankan diri terhadap serangan dari luar," ujar Kerry.
Seruan untuk mengakhiri kekerasan terburuk di Jalur Gaza sejak 2012 yang sudah menewaskan hampir 80 orang itu sudah datang dari berbagai penjuru dunia.
Israel menggelar operasi militer Protective Edge sejak Selasa lalu untuk membalas serangan roket dari Jalur Gaza. Akibatnya, hampir 80 orang tewas dan lebih dari 300 orang lain terluka.
Kekerasan ini menyusul penculikan dan pembunuhan soerang remaja Palestina oleh kelompok ekstremis Yahudi sebagai balasan atas pembunhuan tiga remaja Israel di Tepi Barat.
"Situasi di Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza memang sudah lama tegang. Namun, yang terjadi saat ini sangat berbahaya bagi Israel dan Palestina setelah kematian para pemuda kedua pihak," ujar Kerry.
"Upaya untuk menurunkan ketegangan merupakan kepentingan bagi semua pihak, kepentingan kawasan, serta kepentingan untuk Israel dan Palestina," lanjut Kerry.