TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Satu keluarga Malaysia yang ingin pulang ke Malaysia sebelum hari raya Idul Fitri tewas dalam pesawat Malaysia Airlines MH17 yang jatuh di Ukraina.
Mereka adalah Tambi Jiee bersama istrinya Ariza dan putrinya Marsha Azmena, yang berusia 15 tahun, serta tiga putra, Muhammad Afif (19), Muhammad Afzal (17) dan Muhammad Afruz (13).
Selama tiga tahun terakhir, keluarga itu tinggal di Kazakhstan, tempat Tambi bekerja di perusahaan minyak Shell Oil.
Penerbangan mereka dari Amsterdam ke Kuala Lumpur pada Kamis 17 Juli lalu sekaligus merupakan kepindahan mereka untuk kembali ke Kuala Lumpur karena tugas Tambi di Kazakhstan sudah selesai dan ingin tiba di kampung halaman sebelum Idul Fitri.
Namun, mereka tidak pernah tiba di Malaysia karena pesawat MH17 jatuh ditembak oleh rudal di Ukraina timur, yang diduga dilakukan kelompok pemberontak yang didukung Rusia.
"Saya amat kehilangan mereka. Kami akan amat kehilangan," tutur Madzalina Ghazalee, adik perempuan Ariza, kepada wartawan BBC, Alice Budisatrijo, yang berkunjung ke rumah keluarga Ariza di Kuching.
Madzalina kemudian memperlihatkan foto Tambi dan Ariza bersama keempat anaknya.
Saat Madzalina bercerita, ibu Ariza—Dayang Jamilah Noriah yang berusia 72 tahun, duduk diam di kursinya.
Dia kehilangan putrinya, menantunya, serta empat cucunya dan berharap agar jenazah orang-orang yang dicintainya bisa ditemukan kembali.
Pesawat MH17 juga membawa satu keluarga campuran Indonesia dan Belanda yang akan menuju ke Solo, Jawa Tengah.
Yuli Hastini asal Solo bersama suaminya John Paulisen serta kedua anaknya, Arjuna Paulisen dan Sri Paulisen, rencananya ingin ke makam ibu Yuli sekalian berlibur.