TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat Barack Obama meminta agar masyarakat tetap tenang setelah insiden penembakan seorang remaja kulit hitam oleh polisi di Kota Ferguson, Negara Bagian Missouri, memicu aksi kekerasan selama dua malam.
Dia menggambarkan kematian Michael Brown, Sabtu (9/8/2014) sangat menyakitkan.
"Kenanglah anak muda ini dengan introspeksi dan memahami," kata Obama.
Dalam peristiwa kerusuhan yang terjadi selama dua malam di pinggiran Kota St Louis, puluhan orang ditangkap, toko-toko dijarah, dan gas air mata ditembakkan polisi.
Pada Selasa malam waktu setempat, kemarahan dalam komunitas tersebut berubah menjadi forum perenungan.
Gubernur Negara Bagian Missouri Jay Nixon mengatakan kepada warga yang berkumpul di Gereja Kristus Raja bahwa penembakan seperti "membuka luka lama".
Kepala polisi dan Wali Kota Ferguson juga hadir dalam pertemuan dan disambut dengan tepuk tangan.
Sebelumnya, pendeta Al Sharpton, aktivis hak sipil, meminta perdamaian.
"Melakukan kekerasan atas nama Michael Brown berarti mengkhianati keberanian yang telah dia tunjukkan," kata dia.
Dia mengatakan, tidak ada yang berhak untuk menggunakan nama Michael Brown dan "menyeretnya dalam lumpur".
Polisi mengatakan, Brown ditembak beberapa kali setelah bertarung dalam sebuah mobil polisi, tetapi saksi mengatakan Brown ditembak ketika dalam posisi mengangkat tangan, tanda menyerah.