*Aksi Pelayanan Jamaah Haji ala Madrasah Hudaibiya, Syisyah
TRIBUNNEWS.COM - PARA remaja itu begitu antusias. Senyuman dan rangkulan hangat mereka berikan pada jamaah haji lintas bangsa yang lewat di sekitar aula besar di bagian belakang sekolah mereka. Suasana pun terasa bersahabat.
"Brother Pilgrim, Hudaibiya school welcoms to you," demikian tertera dalam sebuah spanduk besar di lokasi.
Sembilan tahun terakhir Madrasah Hudaibiya, sekolah setingkat SMA di Indonesia, yang berada di kawasan Syisyah-Makkah, menggelar aksi pelayanan jamaah haji.
Untuk tahun ini, mereka membuka posko layanan selama lima hari, dimulai Minggu, 21 September 2014.
Di aula itu mereka menghampar karpet yang didominasi warna merah. Terdapat beberapa meja persegi dengan 10 kursi di sekelilingnya, sebagai tempat bagi jamaah mencicipi aneka snack yang mereka persiapkan.
Tampak beberapa jamaah Indonesia yang asyik menikmati kurma.
Belasan remaja itu merupakan siswa di Madrasah Hudaibiya, yang merupakan pengurus organisasi siswa.
Sedangkan mayoritas siswa yang lain belajar di kelas sebagaimana biasa. Mereka bergabung bersama puluhan guru yang memberikan bimbingan ibadah haji.
Pada beberapa meja, disediakan kaset dan kitab-kitab Islam. Mereka sengaja memilah kitab sesuai dengan bahasa terjemahannya.
Ada meja kitab berbahasa Arab, Inggris, Turkish, Urdu, dan Indonesia. Pengunjung tinggal mengambil sesuai kebutuhan.
Abdullah Al-Ghamidi, Mudir (kepala) Madrasah Hudaibiya, mengatakan kegiatan ini digelar dalam konteks ukhuwwah Islamiyah fii Muslimin.
Inilah salah satu bentuk budaya ahli Makkah. "Inilah bentuk pelayanan dan penyambutan jamaah haji. Kami sangat antusias melayani tamu Allah," katanya, dalam bahasa Arab.
Madrasah Hudaibiya menggelar kegiatan ini setiap tahunnya. "Dananya didapatkan dari donatur yang sangat antusias. Mereka ingin mempererat persaudaraan dan menyambut jamaah haji," katanya.
Di Makkah, ada lima sekolah yang menggelar program ini melalui kerjasama dengan Kementerian Pendidikan Kerajaan Saudi Arabia.
Shalih Rasyid Az-Zahrani, guru madrasah, mengatakan dana kegiatan diperoleh dari ahlul khair, yaitu para dermawan. "Orang Arab berlomba-lomba mendermakan hartanya untuk jamaah haji dan umrah," katanya.
Untuk kegiatan di Madrasah Hidaibiya saja terhimpun 50.000 Riyal atau sekitar Rp 150 juta. Dananya digunakan untuk percetakan kitab, makanan, dan lainnya.
"Tujuannya untuk mempererat persaudaraan sesama Muslim. Walaupun kita beda budaya, kita satu agama," katanya.
Dua jamaah haji asal Kloter 10 Embarkasi Palembang, Alamsyah dan Depanan, sangat terkesan dengan sambutan pihak madrasah yang hangat dan ramah kepada para jamaah haji.
"Pelayanan ini bagus sekali. Mereka memanggil kita dan memberi sedekah fii sabiilillaah, dan menyambut kita dengan suka cita. Suatu budaya yang perlu dicontoh di negara kita," kata Alamsyah, yang sudah dua hari ini mengunjungi posko pelayanan madrasah.
Meskipun kegiatan ini terbuka untuk jamaah haji dari berbagai belahan dunia, namun jamaah wanita tidak diperkenankan memasuki posko.
Hal ini berkaitan dengan aturan formal Saudi Arabia. Namun mereka masih bersedia untuk mengantarkan bingkisan pada jamaah wanita yang berada di luar tenda.
Beberapa siswa yang ditemui Tribun menyatakan antusias dan merasa terhormat melayani para jamaah haji. Spirit mereka tercermin dalam tulisan pada sebuah spanduk di pagar sekolah:
"Students at pilgrim's service. Brother pilgrim, welcome to you in the purest place-Makkah". (*)