Laporan Wartwan Tribun Kaltim Kholish Chered
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Peran pembinaan merupakan tugas penting dalam penyelenggaraan haji disamping pelayanan dan perlindungan. Pasalnya, masih banyak jamaah haji yang belum mampu berhaji secara mandiri dengan pemahaman manasik yang benar.
Karena itu, peran pembimbing haji di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) juga harus diperkuat, termasuk dengan perluasan sertifikasi. Demikian disampaikan Kepala Bidang Bimbingan Ibadah Haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH), Ali Rokhmad, Senin (20/10/2014).
Ia mengatakan, Kemenag akan meneruskan kegiatan sertifikasi pembimbing manasik haji seperti yang sudah dilaksanakan selama ini bekerja sama dengan enam IAIN di berbagai wilayah, seperti Medan, Makassar, Ujung Pandang, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta.
Saat ini, baru ada 485 pembimbing yang memiliki sertifikasi. Jumlah ini sangat kontras dengan jumlah jemaah yang mencapai 155.200 orang. Karenanya Kemenag menargetkan tahun ini pembimbing manasik bersertifikat bisa mencapai 1.000 orang.
Syarat peserta, selain pegawai Kemenag di Ditjen PHU dan KUA, adalah pembimbing-pembimbing di KBIH. Tujuannya, supaya antara kelompok pembimbing di KBIH dan pemerintah punya kemampuan yang sama, yakni kompetensi dalam hal ilmu manasik, dan kompetensi pedagogi.
Jadi siapapun yang menjadi pembimbing, dia tidak hanya pintar manasik secara ilmunya saja, tapi juga pintar mengajar.
"Dari pemerintah kan biasanya pintar mengajar tapi ilmunya kurang, sementara kyai-kyai di KBIH ilmunya banyak tapi teknik mengajarnya kurang. Kami berharap pembimbing KBIH jangan sekadar pengajian, tapi bisa memvisualisasi dengan teknologi bagaimana situasi di Arab saudi," kata dia.
Dengan kolaborasi ini, dia berharap pembimbing-pembimbing dari pemerintah (TPIHI) benar-benar dihormati dan dihargai seperti pembimbing dari KBIH yang kebanyakan kyai kharismatik dan dihormati para jemaah.
Untuk mendapatkan sertifikasi, mereka akan digodok selama 10 hari dengan 100 jam pelajaran, sehingga ilmu yang dimiliki pembimbing dari kementrian tidak jauh berbeda ilmunya dengan pembimbing-pembimbing KBIH.
"Kalau sejak dari lembaga bertemu, kan sudah ada koordinasi dan kenal, sehingga saat di Saudi mereka bisa menjadi teman," kata Ali.
Ke depan, Kemenag akan membuat sertifikasi jemaah. Nantinya kemampuan jemaah melaksanakan ibadah haji bisa terlihat daru lulus tidaknya saat bimbingan manasik. "Sehingga ada pemahaman soal manasik, bahwa haji bukan hanya travelling," kata dia.
Sebetulnya, kata Ali, kesadaran masyarakat di kota untuk belajar manasik cukup tinggi, namun terkendala masalah waktu karena mereka hanya punya waktu Sabtu dan Minggu. Sementara di daerah, mereka memiliki waktu luang lebih banyak, namun kesadaran mencari ilmunya kurang.
"Ini harus dipadukan dengan mencari pembimbing yang menarik, materi menarik. Jadi distandarkan, pembimbing juga harus lulus sertifikasi," kata dia. (*)